Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Rabu, 09 Mei 2012

Stek Melati

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu  secara vegetatif dan generatif serta penggabungan antara Vegetatif-Generatif. Biasanya manusia melakukan pembanyakan vegetatif cara-caranya yaitu: stek atau cutting, okulasi, penyambungan, dan cangkok. Keunggulan dari tanaman yang membiak secara vegetatif adalah menghasilkan tanaman baru yang serupa dengan induknya (karena tidak terjadi perubahan susunan genetis).
Saat ini manusia sering melakukan perbanyakan tanaman dengan cara penyetekan. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian – bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat seperti induknya.. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang.
Perbanyakan dengan cara setek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relative singkat. Alasan lain kenapa setek ini banyak dipilih orang adalah caranya sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja.
      Maka dari itu dalam praktikum kali ini akan menerapkan metode setek melati. Dengan ini diharapkan untuk meningkatkan kemampuan masing-masing individu lebih terampil dalam penyetekan tanaman.

1.2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2.      Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan system perakaran pada setek batang.


























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiakan Vegetatif
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetative dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan susunan kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya (Jumin, 2008).
            Menurut sumiasri (2001),Perbanyakan secara vegetatif atau aseksual merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk tanaman yang sulit dibiakkan dengan biji.
Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Keuntungan lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan benih klon, bank klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta perbanyakan masal tanaman terseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif pada tanaman diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi (Adinugraha, 2007).

2.2 Penyetekan
            Tanaman asal setek cepat berbunga dan berbuah,tetapi bentuknya pendek dan  percabangan rendah dengan perakaran yang lemah mudah roboh.cara ini akan menghasilkan populasi tanaman yang benar-benar klonal(Puslit Kakao Indonesia,2004).
            Setek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian. Setek dengan kekuatannya sendiri, tapi setek tidak menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan mampu menghasilkan bunga dan buah( Wudianto, 2002).

2.2 Teknik Setek
            Menurut Saptamin (2005),Teknik Pembentuk bibit setek sangat sederhana,Sifat-sifat unggul pohon induk yang diinginkan dapat menurun dengan sempurna pada tanaman baru hasil setek.
            Media perakaran setek pun dapat dibuat dari berbagai macam bahan.Pasir
adalah media yang terkenal sejak awal.pasir yang berukuran sekitar 2 mm lebih baik daripada pasir halus.jika pasir lebih besar dari 2 mm daya menahan airnya kurang baik.sehingga setek gagal berakar.
            Kompos memberikan  hasil penyetekan yang cukup tinggi dan system perakaran yang lebih banyak meyimpang (lateral).kelemahan dari media ini hanya
dapat digunakan satu kali(Puslit Kakao Indonesia,2004).

2.3 Jenis-Jenis Setek
Berdasarkan banyaknya daun dikenal dua macam bentuk setek,yaitu setek daun tunggal (single left cutting) dan  Setek berdaun banyak(sten cutting). Pada setek berdaun tunggal, satu setek hanya terdiri dari satu ruas atau satu daun.sementara itu setek berdaun banyak yaitu setek terdiri dari beberapa ruas dengan daun 3-7 lembar(Puslit Kakao Indonesia,2004).
            Sedangkan menurut bagian tanaman yang dapat di setek antara lain :
1.        Setek akar /Umbi,setek yang terdiri dari potongan akar tinggal atau umbi yang memiliki mata tunas.
2.         Setek Batang,Setek dari batang atau cabang yang meliki mata tunas yang dapat berkembang menjadi tanaman baru. stek batang akan diperoleh hasil perbanyakan tanaman yang memiliki karakter identik dengan tanaman induknya.
3.        Setek daun atau Tunas daun, Setek dari daun tanaman yang memiliki mata tunas dapat ditumbuhkan.
2.4  Botani dan Ekologi Melati
Melati (Jasminum spp.) adalah suatu jenis tanaman merambat dengan bunga berbentuk seperti terompet dan harum. Dalam klasifikasi tumbuhan, melati dimasukkan dalam marga Jasminum, suku Oleaceae dan bangsa Oleales. Klasifikasi secara lengkap tanaman melati adalah sebagai belikut :
Divisi                   : Spermatophyta
Sub Divisi            : Angiospermae
Kelas                    : Dicotyledonae
Sub Kelas            : Sympetalae
Ordo                    : Oleales (Lingustrales)
Family                  : Oleaceae
Genus                  : Jasminum
Spesies                 : Jasminum spp.
            Nenek moyang melati berasal dari India. Kemudian menyebar antara lain ke Malaysia, Filipina, Indocina dan Indonesia. Kepopuleran melati terus merambah ke seluruh penjuru dunia, di antaranya di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Benua Eropa dan Jazirah Arab.
Jumlah spesies dari marga Jasminum semula dilaporkan sebanyak 200 spesies , namun pada tahun 1988 telah dilaporkan sebanyak 300 spesies dan jumlah spesies yang telah dibudidayakan sebanyak 47 spesies.
Di Indonesia melati merupakan tanaman asli penghuni kepulauan Nusantara. Terbukti di daerah dikenal nama lokal untuk melati misalnya dinamakan Malate (Madura), Menuh (Bali), Menur, Mlati (Jawa), Manduru (Menado), Manyora (Timor), Selupan (Melayu), Mundu (Bima Sumbawa), Elung (Bugis), Melur (Batak Karo), Menlu Cina (Aceh) , Malati (Sunda), Bunga Moputi (Gorontalo), Bunga Baluru (Ujung Pandang), Saya Manuru (Ternate).
Tiga spesies yang mempunyai nilai industri untuk tujuan pembuatan parfum di India ialah J. sambac, J. Auriculatum dan J. grandiflorum. Sedangkan di Indonesia 3 spesies melati yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah J. sambac Maid of Orleans ( J. sambac Ait), J. sambac Grand Duke of Tuscany dan J. officina!e.
J. sambac Maid of Orleans atau J. sambac Ait adalah spesies melati yang sangat populer dan telah dinobatkan sebagai “Puspa Bangsa” serta banyak digunakan pada berbagai macam kesempatan dan keanekaragaman manfaat terutama untuk pewangi teh dan rangkaian bunga. J. sambac Maid of Orleans/J. sambac Ait atau Arabian Jasmine. berasal dari India atau dari kepulauan Asia dan Srilangka. Selain Jasminum sambac, melati yang banyak dipakai sebagai pewangi teh adalah Jasminum officinale yang berasal cari kepulauan Asia, Jawa, India, Iran, Kaukasia sampai China, dan Himalaya. Sedangkan melati yang dapat dikembangkan sebagai bunga potong dan taman adalah Jasminum sambac Grand Duke of Tuscany disebut Gardenia Jasmine, melati susun wangi dan melati Bangkok yang kemungkinan berasal dari Bangkok (Satsiyati,1998).

2.4.1  Morfologi Melati
Melati merupakan tanaman hias yang menjadi lambang pesona bunga Indonesia, berbunga putih mungil dengan aroma khas yang memberi kesan romantis. Mahkota bunga bervariasi dari tunggal hingga yang bersusun seperti bunga mawar kecil. Warna bunga umumnya putih, namun beberapa spesies ada yang berwarna kuning (J. bignoniaceum, J. fruticans, J. humile, J.humile revolutum, J. mesnyi, J. nudiflorum, J. primulinum), merah atau pink seperti J. besianum, Forest and Diels, maupun waktu kuncup pink atau merah muda, namun sesudah mekar berwarna putih seperti pada J. grandiflorum, Linn (Satsiyati, 1998).
Melati yang sudah banyak dikenal di Indonesia ada 3 jenis yang mempunyai potensi untuk dikembangkan yaitu J. sambac Maid of Orieans, J. sambac Grand Duke of Tuscany dan J. officinale (Satsiyati, 1998).
J. sambac Maid of Orleans. Tanaman berbentuk perdu merambat. Bunganya tunggal berwarna putih bersih dengan mahkota yang terbuka, muncul dalam kelompok. Daunnya oval atau ellips dengan permukaan atas berwarna hijau mengkilap (Satsiyati, 1998).
J. sambac Grand Duke of Tuscany. Seperti halnya Maid of Orleans namun mempunyai mahkota bunga yang bertumpuk, dengan sosok bunga yang besar, berwarna putih bersih dengan keharuman lebih tajam dibandingkan J. sambac Maid of Orleans. Daunnya berhadap­hadapan, umumnya lebih dari 2 daun dan berkisar 3 – 5 daun (Satsiyati, 1998).
J. officinale, Linn (Melati Gambir). Disebut juga Poet’s jasmine, Free flowering jasmine, White, Sweet atau Common jasmine. Tanamannya tumbuh agak merambat berupa perdu, batangnya lemah dibandingkan J. sambac Maid of Orleans. Daunnya sempit dan kecil, majemuk bersirip ganjil, bertekstur halus dan berwama hijau terang. Bunganya kecil memanjang dengan warna merah tua atau merah gambir pada waktu kuncup dan menjadi putih sesudah mekar. Bunganya dipetik untuk bahan pewangi (Satsiyati, 1998).

2.4.2  Lingkungan Tumbuh
Melati adalah tanaman perdu tahunan, tegak atau merambat. Tanaman ini dapat dipakai baik sebagai tanaman hias pot, pengisi halaman rumah maupun dibudidayakan sebagai perkebunan khusus. Tanaman melati bisa tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Keadaan tanah dan iklim adalah hampir sama untuk semua jenis melati. Tipe tanah yang dibutuhkan untuk budidaya melati secara komersial adalah remah, porous, tidak mudah tergenang dan mempunyai pH tanah 6-7, berpasir dan kaya akan bahan organik. Bunga melati akan tumbuh baik bila daerahnya panas, cukup kering dan terkena sinar matahari penuh . Pada Lampiran 2 dapat diketahui iklim, daerah asal dan informasi penting lainnya dari spesies-spesies melati yang sudah dibudidayakan (Satsiyati, 1998).
Jasminum sambac Maid of Orleans adalah jenis yang banyak dibudidayakan dan bernilai ekonomis tinggi, bila ditanam di daerah pantai yang panas akan menghasilkan bunga banyak sekali. Curah hujan yang diper1ukan rata-rata 5 – 6 bulan/tahun. Tanaman melati yang tumbuh sehat atau normal, maka pada umur 10-11 bulan bunganya sudah mulai dapat dipanen. Akan tetapi pada panen pertama hasil bunganya sedikit dan hasil bunga maksimal dicapai setelah tanaman berumur 15-18 bulan. Melati membutuhkan pengairan sabelum dan selama periode berbunga dan panen dilakukan setiap pagi hari dipetik bunga yang masih kuncup. Spesies melati ini membutuhkan iklim tropis dan toleran terhadap curah hujan tinggi. Hujan pada musim panas menginduksi pembungaan pada tingkat kuantitas berbunga yang tinggi (Satsiyati, 1998).
Jasminum sambac Grand Duke of Tuscany. Spesies ini cocok ditanam di dataran rendah dengan penyinaran matahari penuh dan suhu 27-320 C. Di dataran tinggi pertumbuhan dan bunganya kurang bagus. Tanah gembur, subur, kaya akan bahan organik diperlukan untuk spesies ini agar dapat tumbuh optimal. Penanaman melati dalam pot dapat menggunakan media organik dengan pemupukan yang intensif agar tanaman bisa berbunga terus menerus.
Jasminum officinale. Melati ini tumbuh baik pada tanah lempung berpasir atau daerah pantai hingga ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Bunga muncul terus menerus mulai bulan Mei sampai Oktober dengan periode pembungaan maksimum pada bulan Mei-Juni (Satsiyati, 1998).







BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
     Praktikum dasar-dasar produksi tanaman acara 5 dengan judul setek melati (cuttage) ini dilaksanakan di Jurusan Budidaya Tanaman Agronomi, Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Sabtu, tanggal 17 Maret 2012 pukul 09.30.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Polibag
2. Pisau tajam (cutter)
3. Botol semprot (Hand sprayer)
4. Timba
3.2.2 Bahan
1. Tanaman Bunga Melati
2. Media pasir, kompos, arang sekam.

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan media tanamn dan alat yang diperlukan.
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
     a. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1
     b. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1
     c. Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3
3. Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polibag.
4. Memilih bahan setek dengan memotong bagian batang bunga melati yang agak muda miring 45º ukuran ± 10 cm.
5. Menanam bahan setek tersebut ke dalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media tanamn hingga 1/3 bagian.
6.  Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.




























BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 01. Pengamatan Pertumbuhan Setek Melati
No
Komposisi media tanam
Kelompok
1
2
3
4
1
3 : 1 : 1 ( K : A : P )
0
1
0
1
2
1 : 3 : 1 ( K : A : P )
0
0
0
1
3
1 : 1 : 3 ( K : A : P )
3
0
0
0

Grafik 01. Jumlah Setek Melati yang Tumbuh

4.2 Pembahasan
            Pada grafik terlihat bahwa pertumbuhan stek yang baik terjadi pada komposisi 3:1:1 yaitu kompos, arang sekam dan pasir dengan pertumbuhan jumlah daun 3 pada pemotongan kemiringan 45o sedangkan pada perbandingan 1:3:1 yaitu kompos, arang seekam dan pasir memiliki presentase pertumbuhan terendah. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penyetekan melati kali ini banyak mengalami kegagalan. Dari sekitar 60 penyetekan hanya sekitar 6 penyetekan yang berhasil membentuk pertunasan. Dan sisanya yaitu 54 penyetekan gagal terbentuk tunas baru.
            Kegagalan dalam melakukan stek kemungkinan disebabkan karena batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar. Pada dasarnya cara perbanyakam stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan. Selain itu penyebab kegagalan stek yaitu tanaman yang di stek tidak sehat terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di buka setelah di sayat/ dipotong, tanaman yang di stek bagian yang telah dibelah / disayat terkena / kemasukan sesuatu, terlalu lama dalam memasang tetapi tidak di ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
            Dalam penyetekan agar diperoleh keberhasilan dengan baik diperlukan usaha yang baik dan diperhatikan pula faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan penyetekan yaitu bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan bahan makanan pada stek, kandungan zat tumbuh, pembentukan kalus, media pertumbuhan, kelembaban, temperatur, cahaya, perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan zat tumbuh, kebersihan dan pemeliharaan. Faktor media tanam stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek, pengaturan media tanam dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar.
            Media tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar, penyedia air dan unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan aktivitas mikrobia tanah. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21o C sampai 27o C pada pagi dan siang hari dan 15o C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi. Pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam.
            Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari akar morfologi atau akar primordia. Proses pembentukan akar dapat diterangkan menjadi empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar primordia
d.         Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan jaringan pembuluh dari stek.
                Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan stek yang digunakan. Beberapa fase dalam proses pembentukan akar adventif antara lain sebagai berikut:
·      Diferensiasi seluler yang diikuti oleh inisiasi yaitu permulaan pertumbuhan dari sekelompok sel-sel merismatik, keadaan ini biasanya disebut dengan inisiasi akar.
·      Diferensiasi dari kelompok sel-sel tersebut menjadi promodia akar (bakal akar) yang dapat dilihat.
·      Pertumbuhan dan pemunculan akar-akar baru yang meliputi pelebaran dari jaringan batang, dan pembentukan hubungan vaskular dengan jaringan penghubung yang menghubungkan batang yang distek dengan jaringan vaskular.
Akar adventif adalah akar yang muncul kerna adanya perlukaan, dimana pada stek batang berasala dari sekelompok sel yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman yang kemudian kelompok sel berkembang menjadi sel merismatik. Pada kebanyakan tanaman, inisiasi akar dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat, yang disebut dengan akar yang diinduksi (induced root) atau akar yang muncul karena adanya perlukaan.
Pembentukan akar adventif dibatasi oleh faktor-faktor inherent (faktor bawaan dari tanaman) yang tidak ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun, pembentukan akar adventif dapat dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile) yang terletak didalam sel yang berupa enzim-enzim tertentu dan nutrien serta faktor-faktor endogen yang mudah ditranslokasikan yang saling berinteraksi untuk menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.
                Tanaman hasil stek  lebih cepat tumbuh daunnya daripada akar karena adanya sifat plagiotrop. Plagiotrop ialah rantin-granting yang tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini pendek, agak kecil dan tak melekat pada akar sebab masing-masing bukunya tak berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadap-hadapan, dan disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh ranting-ranting lagi. Inilah bagian-bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga atau buah,maka ia juga disebut cabang-cabang buah (tanaman yang masih bertahan). Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan muda dengan warna batang setengah hijau atau setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat itulah kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek.
            Selain itu pertumbuhan daun pada stek batang lebih dahulu daripada akar karena pada perlakuan tersebut daun untuk stek batang dihilangkan sehingga pertumbuhan daun terlebih dahulu mempunyai fungsi untuk melakukan fotosintesis pada tanaman. Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
            Keberhaasilan peyetekan dipengaruhi oleh beberapa syarat yang harus diperhatikan. Syarat pertama yaitu pemilihan batang, batang dipilih berumur kurang lebih satu tahun karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena  hal ini akan berpengaruh pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang berwarna hijau, cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat petumbuhan akar.
            Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas maupun bagian bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk stek.
            Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terangsang tumbuh akar. Apabila  dilakukan pemotongan batang secara mendatar dihasilkan perakaran yang kurang banyak dan kurang efektif untuk penyerapan hara di dalam tanah.
            Pemberian zat pengatur tumbuh pada penyetekan ini sangat bermanfaat sekali untuk merangsang pertumbuhan tunas akar. Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
            Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA.
            Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap perakaran stek. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif.

           

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pebanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan metode stek(memanfaatkan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk,daun, umbi, dan akar) untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sifatnyasama dengan tanaman induknya didalam pelaksanaannya tidak memerlukanteknis yang khusus karena pada umumnya stek ini mudah dilakukan.          
2. Pertumbuhan tanaman yang baik yaitu dengan komposisi 3:1:1 yaitu kompos, arang sekam dan pasir. Akar pada tanaman hasil stekan tidak tumbuh karena pada saat percobaan daun dihilangkan sedangkan fungsi daun sendiri untuk berfotosintesis  dan merangsang pertumbuhan akar sehingga pertumbuhan tunas daun lebih dahulu dibandingkan dengan akar.
2. Kegagalan pada stek karena batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar, lama dalam memasang tetapi tidak di ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
3. Faktor media tanam stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek, pengaturan media tanam dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar.
4. Pada stek pertumbuhan daun lebih cepat daripada akar karena daun berfungsi sebagai sarana fotosintesis yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar.
5. Pemberian ZPT (zat pengatur tumbuh) dalam pertumbuhan tanaman stek yaitu dapat membantu pembentukan kalus dan terjadi pembentukan akar.

5.2 Saran
            Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya mencoba untuk tidak menghilangkan daun dari tanaman untuk melihat perkembangan pertumbuhan daun yang masih ada dengan daun yang dibuang sehingga parameter pengamatan lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aak.1988.Budidaya Tanaman Kopi.Yogyakarta : Kanisius.
Adinugraha, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk Dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai Jenis Eucalyptus Pellita F. Muell Di Persemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1).

Jumin, Hasan Basri. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : PT RajaGrafindo
             Persada.
Puslit Kakao Indonesia.2004.Panduan Lengkap Budiaya Kakao. Jember :
Agromedia pustaka.
Santoso,Bambang Budi,dkk.2008.Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Stek Batang: Pengaruh Panjang dan Diameter Stek. Bul. Agron. (36) (3) 255 – 262.

Saptamin,V,dkk.2005.Membuat Tanaman Cepat Berbuah.Jakarta: Penebar Swadaya.

Satsiyati dan S. Wuryaningsih. 1998. Budidaya Melati. Dalam Melati. Buku Komoditas No. 4 Balai Penelitian Tanaman Hias. ISBN : 979 – 8842 – 07 – 3 : 1 – 22.

Sumiasri,Nurul,Ninik Setyowati,Indarto.2001 .Tanggap Setek Ccabang Bambu Bentung (Dendrocalamus asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon IAA dan IBA. Jurnal Natur Indonesia III (2): 121 – 128.

Wudianto, Rini. 2002. Membuat Setek. Cangkok, Dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.



2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kAsih infonya :)

marpaung13 mengatakan...

mas....boleh nanya tips supaya kuncup melati awet untuk buat ronce hiasan pernikahan.......mksh sebelum ny

Posting Komentar