Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Senin, 26 Maret 2012

Agroekologi 3


Dampak Cekaman Salinitas terhadap Produksi dan Produktivitas Tanaman.

Disusun oleh 
Agus Setiawan

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian diutamakan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama bahan pangan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Dalam usaha memperluas areal pertanian di Indonesia terdapat beberapa jenis lahan yang akan dimanfaatkan salah satunya adalah lahan pasang surut, namun permasalahannya adalah lahan ini tergolong dalam kondisi tanah salin. Hal ini dapat menurunkan produktivitas suatu pertanaman.
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut. Suatu tanah disebut tanah alkali atau tanah salin jika kapasitas tukar kation (KTK) atau muatan negative koloid-koloidnya dijenuhi oleh > 15% Na, yang mencerminkan unsure ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini,  mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
 
Tabel 01.              Pengaruh Salinitas terhadap Tanaman, Sumber :(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Menurut cerda, Caro dan Frenandes dalam Jumin (2002), salinitas tanah menghambat seluruh parameter pertumbuhan tanaman. Hasil analisis jaringan tanaman menunjukkan bahwa salinitas tanah mengakibatkan meningkatnya unsur natrium dan kalsium pada daun, batang dan akar serta menyebabkan kandungan fosfor menurun pada daun, batang dan akar. Hal ini disebabkan oleh jumlah Na yang tinggi pada komplek jerapan akan mengganggu serapan fosfat oleh tanaman. Garam Na mempengaruhi aktivitas enzim karena kadar garam yang tinggi menghambat sintesis protein, mempengaruhi struktur dan fungsi kloroplas, mitokondria dan membran sel. Salinitas yang tinggi mengurangi osmotik seluruh sel, sehingga mengganggu transpor asimilat dalam phloem.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas pengaruh cekaman salinitas terhadap produksi dan produktivitas tanaman.

CONTOH
Tabel 02. Bobot biji kering tanaman jagung kultivar Arjuna pada tingkat salinitas tanah yang berbeda.
  
      Pada grafik disamping menunjukkan salinitas mempengaruhi produktivitas dari tanaman jagung. Ini dibuktikan dengan menurunnya bobot biji kering tanaman jagung pada kondisi tanah yang semakin salin.
Sumber : (Mapegau, 2006)

PEMBAHASAN
            Pada data diatas menunjukkan produktivitas tanaman jagung yang ditanam pada tanah salin semakin menurun. Hal tersebut dibuktikan dari analisis grafik yang menunjukkan angka produktivitas bobot biji kering tanaman jagung yang menurun. Hasil tanaman jagung ditentukan oleh hasil fotosintesis yang terjadi setelah pembungaan pada daun, kelobot, dan batang. Ini menunjukkan bahwa hasil biji tanaman jagung bergantung pada fotosintat yang tersedia selama fase pengisisan biji. Dalam hal ini tongkol, kelobot, daun, dan batang yang berfungsi sebagai organ penyimpanan sementara bagi fotosintat memainkan peran penting bagi tercapainya hasil yang tinggi. Apabila transpor fotosintat dari salah satu organ tersebut terhambat selama fase pengisian biji, maka hal tersebut dapat mengurangi persentase bahan yang tersimpan dalam biji, sehingga bobot biji kering tanaman jagung yang ditanam pada tingkat salinitas 4,5 mmhos. Cm-1 disebabkan oleh terhambatnya transpor fotosintat dari organ-organ penyimpanan tersebut ke dalam fase pengisian biji.
            Dari sini jelas bahwa salinitas sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman karena kadar garam yang tinggi, ini disebabkan oleh dua hal : pertama yaitu menurunnya potensial air   media tumbuh yang menyebabkan penyerapan air oleh akar tanaman sangat terbatas; kedua, akumulasi ion-ion tertentu menyebabkan keracunan pada tanaman, misalnya peningkatan kadar Fe, Al dan Mg. Tetapi yang lebih sering terjadi adalah kesukaran dalam menyerap air. Kurangnya suplai air mempengaruhi proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat, dan pergerakan fotosistat dalam tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat berakibat bagi rendahnya hasil produksi tanaman.
            Dari hasil analisis data, pada tanaman jagung selama fase pengisian biji, biji berfungsi sebagai penyimpan akhir fotosintat, dalam hal ini tongkol, kelobot, batang dan daun sebagai organ penyimpan sementara hasil fotosintat dan sangat menentukan bagi tercapainya hasil yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa organ-organ tersebut memungkinkan bagi akumulasi bahan kering yang tinggi ke dalam biji selama fase pengisian biji.
KESIMPULAN
            Dari hasil tersebut, kami dapat menarik kesimpulan bahwa cekaman salinitas yang tinggi dapat mengakibatkan proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat, dan pergerakan fotosistat dalam tanaman terganggu. Hal ini mengakibatkan produktivitas suatu tanaman menurun. Pencegahan agar produksi tanaman tidak menurun dengan menanam tanaman yang toleran terhadap tanah salin atau mengolah tanahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Jumin,Hasan B. 2002. Agroekologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Mapegau. 2006. “Pengaruh Salinitas Tanah terhadap Hasil dan Distribusi B ahan Kering pada Tanaman Jagung Kultivar Arjuna Selama Fase Pengisian Biji”. J. Agrivigor 6 (1):9-17.

Agroekologi 2


Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari pada Pembibitan Kopi

Disusun oleh
Agus Setiawan


Pendahuluan
Salah satu unsur  di alam yang dibutuhkan tanaman pada masa pertumbuhan adalah cahaya matahari. Cahaya matahari memegang peranan penting untuk fotosintesis, respirasi, dan transpirasi pada tanaman.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan usaha pengaturan intensitas cahaya yang tepat. Salah satu usaha yang dimaksud adalah pemberian naungan. Naungan akan mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Menurut Pendleton, Peters, dan Peek (1966), setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk memperoleh fotosintesis yang maksimal.
Tanaman kopi membutuhkan naungan untuk mengurangi pengaruh buruk sinar matahari pada fase pembibitan. Perlakuan ini akan berdampak positif bagi tanaman.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada umum tentang pengaruh intensitas cahaya matahari pada pembibitan kopi.
Contoh
Intensitas  cahaya yang dibutuhan tanaman Kopi saat berkecambah. Pada fase bibit tanaman kopi tidak tahan IC penuh,butuh 30 – 40 %  intesitas cahaya saja.

Pembahasan
Sumber : Sakiroh. 2012. Intensitas Cahaya pada Pembibitan Kopi.

Kebutuhan intensitas cahaya berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, dikenal dengan tiga tipe tanaman yaitu C3, C4, dan CAM. Tanaman kopi merupakan tipe tanaman C3 yang memiliki intensitas cahaya rendah yang dibatasi oleh tingginya fotorespirasi. Untuk mengatasi tingginya intensitas cahaya matahari, pemberian naungan dilakukan pada budidaya tanaman kopi.
Pada fase pembibitan,bibit kopi sangat membutuhkan hasil fotosintesis maksimal yang digunakan untuk pertumbuhan optimum dan baik. Hasil fotosintesis digunakan tanaman pada seluruh fase vegetatif pada pembentukan daun, penambahan tinggi batang, penambahan panjang akar dll.
Dari data yang terdapat pada tabel,terlihat bahwa pada bibit tanaman kopi yang ternaungi 25% memiliki tinggi bibit 85,81 cm,dengan bobot kering tajuk 62,1 gram dan bobot kering akar 30,6 gram. Ketika bibit tanaman kopi diberi naungan 50% bibit lebih tinggi menjadi 94,82 cm dengan peningkatakan bobot kering tajuk dan penurunan bobot kering akar. Dalam perlakuan yang berbeda,jika bibit di naungi dengan intensitas 75% tinggi tanaman malah lebih rendah. Jadi dapat diketahui kopi memiliki titik intensitas yang optimal bagi pertumbuhannya.
Tanaman muda memerlukan intesitas cahaya yang rendah. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menurunkan proses fotosintesis sehingga bibit akan memiliki perakaran yang tidak berkembang.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa cahaya sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman kopi, cahaya matahari merupakan komponen utama untuk proses fotosintesis yang diserap melalui daun kopi ditangkap oleh kloroplas diproses dalam mesophyll. Hasil fotosintesis digunakan tanaman pada fase hidupnya pada pembentukan daun, penambahan tinggi batang, penambahan panjang akar,pembungaan dll.
Daftar Pustaka
Sakiroh. 2012. Intensitas Cahaya pada Pembibitan Kopi.
Wachjar Ade, Yadi Setiadi, dan Lies Wahyuni. 2002. Pengaruh Pupuk Organik
dan Intensitas Penaungan terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta. Jurnal Agronomi. 30 (1). Bogor. Halaman 1-6

Agroekologi 1


Interaksi Mutualisme Antara Tanaman Kakao dengan Semut Hitam

Disusun oleh :
Agus Setiawan


Pendahuluan
Komunitas akan saling berinteraksi satu sama lain dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Yang akan dibahas kali ini yaitu interaksi mutualisme. Interaksi mutualisme adalah suatu bentuk hubungan timbal balik antarmakhluk hidup yang saling menguntungkan. Pola atau bentuk interaksi antarmakluk hidup dalam satu ekosistem dapat berupa kompetensi, predasi, maupun simbiosis. Kompetensi berarti persaingan. Dalam hal ini, terjadi persaingan antarmakluk hidup dalam suatu ekosistem karena adanya kebutuhan hidup yang sama.
Akhir-akhir ini banyak digalakkan pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami untuk hama penggerek buah kakao. Penggunaan semut hitam diduga dapat berdampak positif bagi produktivitas buah kakao itu sendiri.
            Makalah ini bertujuan untuk menyamakan persepsi semua orang bahwa semut hitam membantu petani kakao untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah kakao.

Contoh
http://lh6.ggpht.com/-22uE_Lb8jTs/TqPRYhFo59I/AAAAAAAAAHs/KyzdqfHLmQQ/clip_image018%25255B3%25255D.jpg
Simbiosis mutualisme antara semut hitam (Dolicoderus thoracicus) dengan buah kakao (Theobroma cacao. L) .Semut hitam yang dikenal termaksud dalam famili Formicidae dan ordo Hymenoptera, jenis semut ini berukuran 4-5 mm.




Pembahasan
Semut hitam yang memiliki nama ilmiah Dolichoderus thoracius S. ini Banyak ditemui hidup diperkebunan,malahan sudah mulai dikembangankan oleh manusia diperkebunan kakao. Semut ini dapat bersimbiosis dengan pohon kakao. Simbiosis yang terbentuk bersifat mutualisme karena kedua belah pihak yang sedang berhubungan sama-sama mendapatkan manfaat. Semut hitam mendapatkan makanan dengan memangsa hama yang menyerang buah kakao yaitu Helopeltis antonii dan dapat sekaligus membuat sarang di pohon kakao. Sebaliknya pohon kakao buahnya dapat terlindungin dari ganguan-ganguan patogen sehingga produksi kakao dapat meningkat.
            Menurut Nanoprianto(1978) semut hitam jenis D. thoracius S mempunyai kemampuan untuk mengusir H. antonii dari tanaman kakao.berdasarkan penelitian di kediri pada tahun 1938 menunjukan bahwa produksi pohon kakao yang buahnya dikrumuni semut hitam lebih banyak dibandingkan tampa semut selain itu buah kakao yang dikrumuni semut lebih terhindar dari H. antonii.
Screenshot (18h 03m 15s).jpg           
Pada agroekosistem kebun kakao, pohon kakao (Theobroma kakao) berperan sebagai produsen karena merupakan  organisme autotrof utama yang diusahakan.

Kedudukan hervivora ditempati oleh jenis hama seperti pengerek buah kakao (H. antonii), ulat daun (menggerogoti daun) dan hama-hama kakao lainya.  Kedudukan konsumen tingkat II diduduki oleh semut hitam (pemangsa H. antonii dan hama-hama lainya) dan burung (pemakan ulat).Kedudukan konsumen III ditempati oleh laba-laba (memakan semut hitam) dan elang(pemakan burung). Pada akhirnya mahluk hidup itu mati dan terurai oleh dekomposer dan dipecah menjadi unsur unsur organik yang lebih bisa diserap dan digunakan tanaman. Hal tersebut terus berlangsung selama agroekosistemnya tetap seperti itu. Namun ketika ada satu komponen yang hilang maka keseimbangan akan terganggu.

Kesimpulan
Salah satu interaksi mutualisme di atas permukaan tanah yaitu interaksi antara semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dengan tanaman kakao (Theobroma cacao. L). Buah kakao berperan sebagai penyedia makanan bagi semut hitam yaitu adanya kutu putih sebagai sumber makanan bagi semut hitam yang terdapat pada buah kakao, sedangkan bagi tanaman kakao sendiri, semut hitam terbukti efektif dalam mencegah timbulnya hama H. antonii yang dapat menurunkan produktivitas buah kakao. Dengan demikian antara tanaman kakao dengan semut hitam terjadi interaksi yang saling menguntungkan atau interaksi mutualisme.


Daftar Pustaka
Rahmat, Warsi. 2003. Status Helopeltis antonii Sebagai Hama Pada Beberapa
Tanaman Perkebunan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian.22
(2). Bogor. Halaman 1-7.  

Umrah. 2009. Potensi Semut Dolichoderus Thoracicus Smith Sebagai
Penyebar Agen Pengendali Hayati (Trichoderma Sp.) Terseleksi Untuk Menekan Perkembangan Phytophthora Palmivora E. J. Butler Patogen Pada Buah Kakao. Bandung.

My Jurnal Colection 1

PENAPISAN GALUR KEDELAI Glycine max (L.) Merrill TOLERAN
TERHADAP NaCl UNTUK PENANAMAN DI LAHAN SALIN
Ratna Yuniati
Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: ratna@makara.cso.ac.ui.id

Abstrak
            Salinitas adalah satu dari berbagai masalah pertanian yang cukup serius yang mengakibatkan berkurangnya hasil dan produktivitas pertanian. Salah satu strategi untuk menghadapi tanah salin adalah memilih kultivar tanaman pertanian yang toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Telah dilakukan penelitian untuk menilai persentase perkecambahan dan ketahanan sepuluh galur dan varietas tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) terhadap cekaman garam. Perlakuan salinitas dilakukan dengan penambahan NaCl 70, 80, 90, dan 100 mM pada media basal. Berdasarkan beberapa kriteria berupa pengamatan secara visual, persentase perkecambahan, rasio berat basah/berat kering dan persentase kematian tunas apikal dapat disimpulkan galur yang toleran garam adalah Wilis, Malabar dan Sindoro, galur sensitif adalah Lumut, Yellow Biloxy, Si Cinang dan Sriyono, sedangkan yang sedang adalah Genjah Jepang, Lokan, dan Tidar.
Abstract
            Screening of Soybean Cultivars Glycine max (L.) Merrill under Sodium Chloride Stress Condition. Salinity is one of the most serious and widespread agricultural problems resulting in losses of yield. Generally, as land is more intensively cultivated, the salinity problem becomes more severe. A high concentration of NaCl greatly reduces growth of both the shoot and the root. One strategy available to cope with saline soil is to choose salt-tolerance crops or to select salt-tolerance cultivars within a crop. Experiments were conducted to asses the performance of ten cultivars soybean (Glycine max [L.] Merrill) to salt stress at germination and seedling stages. Salinity treatments were begun by adding 70, 80, 90, and 100 mM NaCl to the basal nutrient solution. According to germination percentage, fresh weight/dry weight ratios, and the percentage of dead apical buds we suggest that Wilis, Malabar and Sindoro were tolerant lines, Genjah Jepang, Lokan, and Tidar were moderate and the sensitive lines were Lumut, Yellow Biloxy, Si Cinang and Sriyono.
Keywords: NaCl, saline soil, soybean
Pendahuluan
              Permintaan kedelai di Indonesia akhir-akhir ini dirasakan sangat meningkat, yang tidak dapat diimbangi dengan produksi dalam negeri. Pada tahun 1997 impor kedelai di Indonesia mencapai 779.378 ton [1]. Peningkatan produksi pertanian di Indonesia termasuk kedelai, dilakukan melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Dalam usaha ekstensifikasi, penggunaan lahan-lahan pertanian akan bergeser dari lahan yang subur ke lahan-lahan marginal. Lahan marginal di Indonesia terdiri atas lahan pasang surut, lahan salin, gambut, dan lahan-lahan yang berada di dekat areal pertambangan. Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin, merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan budidaya dan pertanaman kedelai. Untuk keperluan tersebut perlu dilakukan penelitian tentang respon fisiologis yang dapat digunakan sebagai penanda untuk tanaman yang toleran terhadap salinitas dengan konsentrasi NaCl tinggi.

Sabtu, 24 Maret 2012

My Life

My Life

My name is Agus Setiawan, I come from Banyuwangi. I was born in Banyuwangi on September 8, 1991. I am the youngest of two brothers. My mother had passed away since I was 5 years old. From the little I just stayed with my dear father and a sister. Sometimes I feel jealous of the friend, my friend who had a complete family. But I still feel very happy because they still have a father, rather than the other children who do not have both parents. I also have many friends who always fill the my day. My friends can always make me laugh when grief strikes. It all makes hope to continue progressing towards a better and unyielding in the face of difficulties that come up.
I have a history of education from childhood to the present are as follows: I begin to occupy bench school since the age of 6 years in TK Khadijah 80 Kesilir, graduated from the kindergarten I went to school at SDN 5 Kesilir which has now merged into one school with SDN 2 Kesilir. Since sitting dibangku Primary School I began to discover the potential that I have. When the value of UAN was announced, I obtained the first rank schools and rank third in the District. Graduated from elementary school, junior high school I went to one of my favorites in the area, which is SMP N 1 Siliragung. When junior high I do not really develop the potential and is only just stable.
After graduating from junior high school I went on SMAN 1 Bangorejo. In here I began to lay more potential I have. I joined members of the Intra School Students Organization (OSIS) at school. And as I sat in the second grade, I was elected as chairman of the council the period 2009/2010. I have always been actively following active in school activities and extra curricular activities at school. I attended extra curricular Scientific Works of Youth (KIR). And when the race of scientific work at the district level, I gained a champion of hope. In addition, I also became one of the representatives of the school follows the National Science Olympiad (OSN). My graduation was ranked the top 3 high schools in the UAN my school.
After graduating high school I went to one school Favorite State University, the State University of Jember through SNMPTN. In here I chose the Faculty of Agriculture, majoring Agroteknologi and alhamdulillah I have the scholarship. I chose Faculty of Agriculture, because I wanted to develop the agricultural potential in my area that have not been able to produce the maximum agricultural production. I also Faculty participated in one of my student organization that is PEKA (Reasoning and Science).
Before entering college, I also worked in my spare time while waiting for the announcement is received at the university. I work at one of the plantations of coffee, cocoa, and rubber in the area where I lived for 2 weeks. After that move to work in a restaurant owned by Chinese people for 1 month. During the work I have many friends and also the experience.
After graduating from college I wanted to build his career by working on plantations or in the Department of Agriculture in the area I live. Then I will develop a small business selling seeds of crops such as fruit, selling seeds of ornamental plants, mushroom cultivation, cultivation of catfish and others. In addition, I also wanted to be a successful young enterpreanur.