Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Rabu, 09 Mei 2012

Agroechology 5


Penilaian Indikator Sistem Pertanian Berkelanjutan

Disusun Oleh :
Agus Setiawan (111510501071)

Pendahuluan
            Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Artinya pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia terutama sebagai penyokong utama dalam menyediakan kebutuhan pangan.  Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman, dan mutunya seiring dengan perkembangan populasi dan kualitas hidup masyarakat.
            Padi merupakan salah satu tanaman pokok di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan suatu sistem pertanian berkelanjutan dalam budidaya tanaman padi tersebut agar produksi padi tersebut dapat maksimal. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
            Berkaitan dengan hal di atas, pengembangan budidaya padi dapat dilaukakan melalui sistem monokultur. Sistem pertanaman monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Sistem ini memiliki teknis budidaya yang mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis tidak terjadi kompetisi yang terlalu berarti antar tanaman untuk memperoleh makanan karena dari satu jenis tanaman, penanganan hama penyakit tidak terlalu merepotkan karena satu jenis tanaman yang ditangani, serta dapat menghasilkan produksi yang maksimal apabila budidaya dilakukan dengan pengelolaan yang tepat. Di sisi lain kelemahan sistem ini adalah tanaman  mudah terserang hama maupun , apabila hasil produksi suatu tanaman jelek maka kerugian petani besar karena hanya ada satu jenis tanaman yang didibudidayakan, dan apabila suatu lahan ditanami terus-terusan dengan teknik monokultur dengan satu jenis tanaman saja, maka dapat menurunkan kesuburan tanah serta menurunkan produksi suatu tanaman tersebut.

Data
Tabel 1. Informasi Umum Sistem Budidaya Monokultur
No
Uraian
Keterangan
1.
Varietas
Ir Cibogo
2.
Asal benih
Membeli dan bersertifikat
3.
Kelas benih
0,95 tumbuh
4.
Jarak tanam
24 X 24

Sistem tanam
Jajar legowo


(khusus untuk tanaman padi)
5.
Jumlah benih
30 kg
6.
Jenis pupuk yang digunakan(nama dan jumlah


a.       Pupuk N
Urea  (100 kg/ha)

b.      Pupuk P
SP-36(100 kg/ha)

c.       Pupuk K
KCl   (100 kg/ha)

d.      Anorganik lain
-

e.       Organik
Kandang/kompos(300 kg/ha)
7.
Jenis Pestisida
Benlate/Menzet
8.
Sistem pengairan
Irigasi teknis/Campuran
9.
Umur panen (H.ST)
105 Hari
10.
Cara Panen
Mesin Dores
11.
Hasil Panen
5000 kg/ha
12.
Harga Jual
Rp.3250 /kg
13.
Harga pasaran Rata2
Rp.3200 /kg
14.
Biaya Produksi
Rp.7000.000 /kg
15.
Keuntungan Petani
Rp.9.250.00 /kg
16.
Peluang untuk penanaman jenis tanaman baru(berdasarkan kondisi iklim lahan,dan pasar)


a.       Pola tanam
Monokultur

b.      Jenis komoditas
PADI



17.
Masalah yang dihapapi petani


1.      Kekurangan modal?
Ya

2.      Mahalnya tenaga kerja?
Ya

3.      Langkahnya ketersediaan pupuk?
Tidak

4.      Tingginya serangan hama?
Ya

5.      Tingginya serangan penyakit?
Ya

6.      Rendahnya harga jual?
Ya

7.      Rendahnya kesuburan tanah?
Tidak

8.      Air irigasi tercemar?
Tidak

9.      Bencana alam(lonsor,banjir.dll)?
Tidak
18.
Dokumentasi
Dokumen/foto
Sumber : Pak Rameli
Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan seorang petani di desaTegal besar yang bernama Pak Rameli, didapatkan data luas lahan yang dikelola oleh Pak Rameli yaitu 1 ha, dengan jenis tanah tipe clay karena tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan (Suprayono dan Setyono, 1997). Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997). Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK, 1990).
Varietas yang ditanam yaitu Ir Cibogo, komoditas padi sawah, tahun peluncuran 2003, kisaran hasil:7 s/d 8,1 ton/ha gabah kering giling, rasa nasi:Pulen, Umur tanaman : 115 – 125 hari, Bentuk tanaman : Tegak, Tinggi tanaman : 100 – 120 cm, Anakan produktif : 12 – 19 batang, Warna kaki : Hijau tua, Warna batang : Hijau muda, Warna telinga daun : Tidak berwarna, Warna lidah daun : Tidak berwarna, Warna daun : Hijau, Muka daun : Kasar pada bagian permukaan sebelah bawah, Posisi daun : Tegak (lebih tegak dari Konawe), Daun bendera : Tegak panjang (menutup malai), Bentuk gabah : Panjang ramping, Warna gabah : Kuning bersih, Kerontokan : Agak tahan, Kerebahan : Sedang, Tekstur nasi : Pulen, Kadar amilosa : 24 %, Indeks glikemik : 58, Bobot 1000 butir : 28 g, Rata-rata hasil : 7,0 t/ha, Potensi hasil : 8,1 t/ha, Ketahanan terhadap Hama : • Tahan wereng coklat biotipe 2, agak tahan wereng coklat biotipe 3, Penyakit : • Agak tahan tehadap hawar daun bakteri strain IV, rentan terhadap penyakit tungro, Sifat khusus : • Rendemen giling dan rendemen beras kepala, dan keterawangan lebih tinggi dari IR64. Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah sampai 800 meter di atas permukaan laut yang tidak endemik hama wereng coklat dan penyakit virus tungro (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Dengan asal benih membeli dan bersertifikat, kelas benih 95 % tumbuh, jarak tanam 24 X 24 cm, sistem tanam yang diterapkan adalah jajar legowo, jumlah benih yang digunakan kurang lebih 30 kg. Dalam pemupukannya telah diterapkan jenis pupuk yang dibutuhkan tanaman yaitu N,P,K yang merupakan kebutuhan pokok tanaman untuk mendapatkan produksi maksimal dengan dosis pemupukan sebesar Urea : 100 kg/ha, Sp-36 : 100 kg/ha, KCl : 100 kg/ha. Selain itu, digunakan juga pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk kompos dengan dosis pemberian pupuk : 300 kg/ha dengan tujuan untuk mengembalikan struktur tanah menjadi baik kembali serta memperbanyak populasi mikroorgansme tanah.
Dalam pengelolaan hama dan penyakit yang akan mengancam produktivitas padi, maka diperlukan juga pestisida kimia yaitu Benlate atau Menzet. Sistem pengairannya dengan memenfaatkan irigasi secara teknis. Cara pemanenan telah menggunakan alat moder seperti mesin Dores untuk memisahkan bulir dengan batangnya.
Dilihat dari segi ekonomisnya, dengan menggunakan sistem tanam padi jajar legowo memberi keuntungan yang cukup besar. Dari sini ditunjukkan dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 9.250.000,00/ha. Untuk hasil panennya yaitu sebesar 5000 kg/ha atau 5 ton/ha. Harga jual padi sekitar             Rp 3.250,00 /kg. Harga pasaran rata-rata padi kering sekitar Rp 3.200 / kg. Dalam budidayanya membutuhkan biaya sekitar Rp 7.000.000,00/ha.
Melihat kondisi iklim, lahan dan pasar, peluang untuk penanaman jenis baru yaitu dengan pola tanam monokultur, dengan jenis komoditas padi. Namun untuk mengembangkan sistem pertanian kearah berkelanjutan, masih banyak kendala yang dihadapi oleh petani seperti masih kurangnya modal, mahalnya tenaga kerja, tingginya serangan hama, tingginya serangan penyakit, serta rendahnya harga jual di pasaran.
Mencermati data tersebut, Pak Rameli telah cukup baik dalam budidaya padinya. Ini dilihat dari segi ekonominya yang keuntungannya cukup tinggi. Dengan demikian, Pak Rameli telah mampu menerapkan pertanian kearah berkelanjutan. Ini terbukti dari penilaian melalui sistem scoring terhadap 3 aspek, yaitu aspek ekologi dengan skor 25, aspek ekonomi dengan skor 26, dan aspek sosial-budaya dengan skor 27, dengan akumulasi jumlah total ketiga aspek tersebut sebesar 78.

Kesimpulan
            Dari analisis data yang kami peroleh,  disimpulkan bahwa untuk menentukan arah berkelanjutan sistem budidaya, dapat didasarkan kepada penilaian melalui sistem scoring terhadap 3(tiga) aspek, yaitu aspek berkelanjutan Ekologi,Ekonomi dan Sosial-budaya.
Dari ketiga aspek yang telah disebutkan kami dapat menilai sistem budidaya monoklutur yang diterapkan oleh  Bapak Rameli pada lahannya, sistem budidaya bapak  Rameli Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah berkelanjutan. Ini terbukti dari scoring data yang telah kami lakukan yaitu aspek ekologi dengan skor 25, aspek ekonomi dengan skor 26 dan aspek Sosial-budaya dengan skor 27. Sehingga dapat di akumulasikan skornya menjadi 78.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/153. Diakse pada 01 April 2012.

Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi dalam Pembangunan Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI Jawa Barat, Lembang.





































0 komentar:

Posting Komentar