Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Rabu, 09 Mei 2012

Enzim Amilase

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kata enzim berasal dari “en zyme” yang berarti dalam ragi (yeast), mulai dipakai semenjak tahun 1877. Sebelum itu telah dikenal diastate (Bender, 1973), pepsin (Dixon, 1979) dan emulsin (Boyer, 1973) yang masing-masing adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati, protein, dan glikosida. Pada tahun 1866 Louis Pasteur mendapatkan bahwa cairan anggur bergula dapat mengalami perubahan menjadi alkohol dan CO2 oleh karena adanya ragi yang tumbuh di dalamnya. Oleh karena itu Pasteur memastikan bahwa yang menyebabkan peristiwa “fermentasi” itu adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh ragi. Zat itu berhubungan erat dengan kehidupan jasad tersebut. Pasteur menyebutnya sebagai “organized ferment” untuk membedakannya dengan diastase, pepsin, dan emulsi yang dinamakannya “un organized ferment” ( S. Martoharsono, 1998).
Secara praktis dapat dikatakan bahwa teknologi enzim telah ada sejak berabad-abad, seperti pada pembuatan anggur. Sebenarnya dari pengetahuan kita terdahulu tentang kerja enzim berasal dari pekerjaan Pasteur, Kuhne, Buchner dan yang lain penelitian tentang kerja ragi. Kuhne adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah enzim (Yunani: “di dalam ragi”), dalam tahun 1878 (R. Soendoro, 1989).
Banyak faktor mempengaruhi laju reaksi suatu enzim. Di antaranya yang paling penting adalah konsentrasi-konsentrasi substrat dan enzim. Beberapa faktor yang utama yang lain adalah suhu, pH, kekuatan ionik, dan adanya inhibitor. Sesungguhnya, segala sesuatu yang mempengaruhi struktur tersier protein enzim akan mempengaruhi laju reaksi enzim. Laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu, dan akhirnya enzim kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyak enzim berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-37ºC. Akibat dari pH terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa faktor, yang dapat saling bersaing. Laju reaksi berkurang pada di kedua sisi pH optimum untuk setiap kombinasi dari tiga alasan yang mungkin:
1.    Protein enzim dapat menjadi mengalami denaturasi akibat pH ekstrim tinggi atau rendah.
2.    Protein enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang terionisasikan pada rantai samping yang mungkin aktif hanya pada satu keadaan ionisasi.
3.    Substrat dapat memperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya satu bentuk muatan.
Jika banyak enzim ternyata paling aktif pada sekitar pH 7, maka beberapa enzim adalah maksimum aktif pada pH tinggi atau pada pH rendah, tergantung pada keadaan bekerjanya enzim. Suatu contoh adalah enzim pepsin, yaitu enzim proteolitik dari cairan perut yang mempunyai pH optimum sekitar 2 (R. Soendoro, 1989).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, A. 1994).
Sebagai katalis, enzim adalah satu-satunya dibanding dengan katalis-katalis anorganik atau organik sederhana. Sifat-sifat katalitik khas dari enzim termasuk hal-hal berikut:
1.    Enzim meningkatkan laju reaksi pada kondisi biasa (fisiologik) dari tekanan,suhu, dan pH. Hal ini merupakan keadaan yang jarang dengan katalis-katalis lain.
2.    Enzim berfungsi dengan selektivitas atau spesifisitas bertingkat luar biasa tinggi terhadap reaktan yang dikerjakan dan jenis reaksi yang dikatalisasikan. Maka reaksi-reaksi yang bersaing dan reaksi-reaksi sampingan tidak teramati dalam katalisasi enzim.
3.    Enzim membeikan peningkatan laju reaksi yang luar biasa dibanding dengan katalis biasa (R. Soendoro, 1989).
1.2  Tujuan
Tujuan praktikum Biokimia Tanaman acara Pengukuran Aktivitas Enzim adalah:
1.     Untuk mengukur aktivitas kerja enzim dalam sampel.
2.     Untuk mengetahui cara pengukuran aktivitas enzim.
3.     Untuk mengetahui uji deteksi amilase pada sampel.

























BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Test tubes
2. Pipets
3. Spectrophotometer

2.1.2 Bahan
1. Dinitrosalicylic Acid Reagent Solution, 1%
·         Dinitrosalicylic acid: 10 g
·         Phenol: 2 g (optional, see note 1)
·         Sodium sulfite: 0,5 g
·         Sodium hydroxide: 10 g
·         Add water to: 1 liter
2. Potassium sodium tartrate solution, 40%
3. Larutan Pati (1%)
4. Biji Kopi

2.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Memasukkan ekstrak sampel biji kopi yang akan dilihat enzimnya sebanyak 50 µl, ditambah pati sebanyak 200 µl dan buffer sebanyak 250 µl.
3. Mendiamkan dalam suhu ruangan selama 30 menit.
4. Menambahkan larutan DNS sebanyak 500 µl ke dalam larutan sampel.
5. Setelah dihomogenkan menggunakan vortex, memanaskan larutan pada suhu 90 - 100ºC selama 10 menit.
6. Setelah dingin, mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut.



BAB 3.  HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1     Hasil
Tabel 1. Pengamatan Perubahan Warna Pada Sampel
Sampel
Sebelum di inkubasi
Setelah di inkubasi
Setelah dipanaskan
U1
U2
U1
U2
U1
U2
1
Cokelat
Cokelat
Cokelat agak pekat
Coklat pekat
Coklat gelap
Coklat gelap
2
Cokelat pekat
Cokelat
Cokelat (Tanpa inkubasi)
Cokelat terang (non inkubasi)
Cokelat kemerahan
Cokelat kemerahan
3
Orange
Orange
Orange agak gelap
Orange agak gelap
Orange gelap
Orange gelap
4
Orange
Muda
Orange muda
Orange
Orange
Orange agak gelap
Orang agak gelap

3.2 Pembahasan
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut:
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
            Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1.    Apoenzim
            Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2.    Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD atau donor dari gugus kimia, seperti AT P (Adenosin Tri Phosfat).
Sifat – Sifat Enzim
a.  Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju suatu reaksi.
b.  Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu saja.
c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d.  Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta konsentrasi substrat.
Cara Kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA2. (Lihat Gambar 1). Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan substrat yang lain.
                     Gambar 1. Grafik Kerja Enzim
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.
Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
a.    Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
            Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
b.   Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
            Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Enzim Amilase
Enzim amilase adalah enzim yang mengkatalis hidrolisis pada ikatan 1-4 glikosidik pada produk pati dengan berat molekul rendah, seperti glukosa,maltosa,dan maltotriose. Amilase adalah enzim yang paling penting dan signifikan dalam bidang bioteknologi, industri enzim amylase merupakan kelas industri yang memiliki kurang lebih 25% pasar enzim dunia. Enzim tersebut dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme. Sekarang banyak mikrobia penghasil amylase yang tersedia secara komersial dan mikrobia tersebut hampir seluruhnya menggantikan hidrolisis kimia pati pada industri produksi pati.
Amilase yang dihasilkan mikroorganisme mempunyai spektrum yang luas pada aplikasi industri karena lebih stabil daripada-amilase yang dihasilkan oleh tumbuhan dan binatang. Keuntungan utama dalam penggunaan mikroorganisme pada produksi amilase adalah kapasitas produksi yang besar dan fakta bahwa mikrobia mudah dimanipulasi untuk menghasilkan enzim dengan karakteristik yang di inginkan.-amilase diperoleh dari bermacam-macam jamur, yeast dan bakteri. Meskipun demikian, enzim dari sumber jamur dan bakteri mendominasi aplikasi dalam sektor industri. amilase mempunyai kemampuan aplikasi yang luas dalam proses industry seperti makanan, fermentasi, tekstil, kertas, deterjen, dan industri farmasi. Amilase dari jamur dan bakteri dapat digunakan dalam industri farmasi dan kimia. Meskipun demikian, dengan perkembangan bioteknologi, aplikasi amilase berkembang di banyak bidang, seperti kesehatan, obat-obatan, dan analisis kimia, seperti aplikasi dalam sakarifikasi pati pada tekstil, makanan, brewing, dan industri distilasi.
Sifat dan Fungsi Enzim Amilase enzim amylase yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana. Enzim amylase juga berfungsi untuk mengubah tepung menjadi gula. Secara umum enzim memiliki sifat :
1. bekerja pada substrat tertentu
2. memerlukan suhu tertentu
3. keasaman (pH) tertentu pula
Suatu enzim tidak dapat bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. pada suhu tinggi aktivitasnya tinggi tetapi kemantapan enzyme rendah. Suhu yang yang membuat aktivitas dan kemantaban suatu enzyme tinggi maka disebut suhu optimum.Jumlah hasil reaksi juga akan mempengaruhi aktivitas enzim.
Telah disebutkan beberapa factor yang mempengaruhi aktivitas enzim salah satunya suhu dan pH. Sehubungan dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, maka semakin meningkat suhu, aktivitas enzim akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi enzim yang merupakan suatu protein akan mengalami denaturasi protein sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol. Pada umumnya reaksi kima dengan naiknya suhu 10 derajat Celcius maka akan meningkatkan kecepatan reaksi sebesar 2 kali. Hal ini akan berlaku pada enzyme dengan suhu maksimum hingga 35 derajat Celcius. Jika lebih dari suhu tersebut enzim akan mengalami denaturasi sehingga merusak fungsi katalisatonya. Umumnya enzim mulai kehilangan sifat katalisatornya pada suhu 35 derajat Celcius dan berakhir pada suhu 60 derajat Celcius.
Oleh sebab itu perlu diketahui nilai suhu dan pH optimum dari enzim amylase yang ada pada air liur. Agar diketahui seberapa besar efek hidrolisis maka diperlukan blanko sebagai pembanding. Blanko ini berisi seperti tabung pengujian yang membedakan hanyalah penambahan air liur. Amilum akan membentuk kompleks dengan Iodium hingga menghasilkan larutan berwarna biru. Warna ini dapat di pakai dalam pengukuran absorbansi yang sebanding dengan kosentrasi amilum. Semakin besar nilai absorbsinya maka semakin besar kosentrasi amilum yang belum terhidrolisis.Untuk mengetahui besarnya hasil hidrolisis maka nilai A uji dikurangi dengan nilai Ablanko sehingga di peroleh A yang artinya semakin besar nilai A maka semakin besar pula amilum yang telah terhidrolisis.
Sehingga jika di buatkan sebuah kurva hubungan antara suhu dan pH ,akan diperoleh nilai pH dan suhu optimum yang dipakai oleh enzyme.Enzim amilase adalah salah satu enzim yang mampum dihasilkan oleh jamur dan jamur yang menghasilkan enzim tersebut biasanya disebut jamur amilolitik. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, jamur yang mampu menghasilkan enzim ailase berasal dari genus Penicillium,Cephalosporium, Mucor, Neurospora, Aspergillus dan Rhizopus
Manfaat Enzim Amylase
Enzim amylase banyak digunakan sebagai industri gula cair, makanan, industri tekstil, dan industri farmasi.Enzim ini juga banyak digunakan pada industri minuman misalnya pembuatan High Fructose Syrup (HFS) maupun pada industri tekstil, sebagai food additive untuk memperbaiki tekstur bahan makanan.Penambahan enzim alfa-amilase dalam bentuk tepung malt atau tepung enzim hasil kerja mikroorganisme dapat meningkatkan kemampuan menghidrolisa pati yang dikandung dalam tepung terigu, dengan demikian khamir yang tumbuh pada pembuatan adonan mendapat energi yang cukup sehingga pembentukan karbon dioksida optimal dan pengembangan adonan menjadi optimal amilase untuk produksi energi alternatif bioetanol,membantu metabolism karbohidrat.
Cara Menghasilkan Enzim Amylase
Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati, misalnya serelia,pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula. Dalam pembuatan bir , ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang baru berkecambah tersebut akan menghasilkan enzim amylase .Biji kecambah gandum ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula.
Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua cara tersebut. Bila pati dihidrolisis dengan enzim transglukosidase akan dihasilkan suatu oligosakarida dengan derajat polimerisasi yang lebih besar. Senyawa ini disebut dekstrin yang sangat larut dalam air dan dapat mengikat zat-zat hidrofobik sehingga dipergunakan sebagai food additive untuk memperbaiki tekstur bahan makanan. enzim amilase yang dapat membantu metabolisme karbohidrat. Khasiat dan manfaat kacang hijau tidak akan berkurang walaupun direbus lama (sampai hancur).
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian aktivitas enzim amilase diperoleh hasil bahwa dalam sampel pertama yaitu biji kopi U1 diperoleh perubahan warna setelah dilakukan inkubasi yaitu dari coklat menjadi coklat agak gelap dan setelah dilakukan pemanasan maka sampel berubah warna menjadi coklat gelap. Pada sampel pertama biji kopi U2 menunjukkan perubahan warna setelah diinkubasi dari coklat ke coklat pekat dan setelah dilakukan pemanasan maka berubah lagi menjadi coklat gelap. Pada sampel kedua biji kopi U1 menunjukkan perubahan warna dari coklat pekat menjadi coklat tanpa dilakukan inkubasi, sedangkan setelah dilakukan pemanasan maka warna sampel berubah menjadi coklat kemerahan. Untuk sampel kedua biji kopi U2 menunjukkan perubahan warna dari coklat menjadi coklat terang dengan perlakuan didiamkan dalam suhu ruangan tanpa diinkubasi, dan setelah dilakukam pemanasan maka warna sampel berubah menjadi coklat kemerahan.
Pada sampel biji kakao warna larutan sampel berbeda dengan larutan sampel biji kopi. Pada sampel biji kakao warnanya lebih terang dari pada sampel biji kopi yaitu berwarna orange. Pada sampel 3 yaitu biji kakao U1 menunjukkan perubahan warna setelah di inkubasi yaitu dari warna orange menjadi orange agak gelap, dan setelah dilakukan pemanasan pada sampel tersebut warna berubah menjadi orange gelap. Untuk sampel 3 yaitu biji kakao U2 mengalami perubahan warna dari orange menjadi orange agak gelap setelah dilakukan inkubasi, dan setelah dipanaskan maka terjadi perubahan warna yaitu menjadi orange gelap. Pada sampel 4 yaitu biji kakao U1 menunjukkan perubahan warna dari orange muda menjadi orange tanpa dilakukan inkubasi, hanya didiamkan di dalam ruangan, dan setelah dilakukan pemanasan maka warnanya berubah menjadi orange agak gelap. Pada sampel 4 biji kakao U2 menunjukkan perubahan warna dari orange muda menjadi orange dengan perlakuan tanpa inkubasi, dan setelah dilakukan pemanasan maka terjadi perubahan warna menjadi orange agak gelap.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan inkubasi dan pemanasan menunjukkan perubahan warna yang cukup mencolok dibandingkan sampel yang tidak dilakukan inkubasi. Hal ini terjadi karena sampel yang diinkubasi aktivitas enzimnya lebih cepat bekerja daripada sampel yang tidak dilakukan inkubasi. Hal ini ditunjukkan dngan perubahan warna akhir percobaan yaitu pada sampel yang dilakukan inkubasi maka warna produk akhirnya berwarna lebih pekat dibandingkan warna sampel yang tidak dilakukan inkubasi.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Dari hasil pembahasan yang te;ah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulkan sebagai berikut :
1.    Enzim adalah molekul bipolimer yang tersusun dari serangkaian asam amiono dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzimjuga disebut sebagai biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
2.    Enzim mempunyai dua fungsi pokok yaitu dapat mempercepat atau memperlambat reaksi kimia serta mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
3.    Pada sampel pertama warna produk akhirnya lebih pekat dibandingkan warna produk akhir pada sampel kopi yang kedua. Hal ini terjadi karena pada sampel pertama dilakukan inkubasi sedangkan pada sampel kedua tidak dilakukan inkubasi. Karena inkubasi mempercpat reaksi enzim.
4.    Pada sampel ketiga yaitu biji kakao warna sampel juga menunjukkan lebih pekat dari pada warna sampel ke empat pada biji kakao. Hal ini dikarenakan pada sampel ketiga dilakukan inkubasi yang mempercepat aktivitas kerja enzim sedangkan pada sampel ke empat tidak dilakukan inkubasi, namun hanya didiamkan dalam ruangan.

4.2 Saran
            Dalam melakukan uji coba aktivitas enzim maka dalam pemanasan sampel harus dilakukan dengan tepat, karena apabila suhu terlalu panas maka dapat menyebabkan aktivitas kerja enzim terhenti dan enzim akan mengalami denaturasi.



DAFTAR PUSTAKA

Bender, M. L., and L.J. Brubacher. 1973. Catalysis and Enzyme Actin. New York: McGraw-Hill.

Boyer, P. D., ed. 1973. The Enzyme. New York: Academic Press.

Dixon, M. and J. E. C. Webb. 1979.  Enzymes. New York: Academic Press.

Martoharsono, S. 1998. Biokimia. Yogyakarta: gadjah Mada University Press.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soendoro, R. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta : Erlangga.





















LAMPIRAN

Gambar 01. Warna Awal Larutan Sampel ekstrak biji kopi Sebelum di Inkubasi

Gambar 02.  Perubahan Warna Sampel  Setelah di Inkubasi

0 komentar:

Posting Komentar