Pages

Subscribe:
Powered By Blogger

Rabu, 09 Mei 2012

Sambung Adenium


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Mulai yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua tergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak, ketrampilan pekerja dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman bisa kita golongkan menjadi tiga golongna besar, yaitu perbanyakan secara vegetatif, generatif, serta vegetatif dan generratif. Pembiakan tanaman secara generatif sudah sangat umum kita jumpai, bahan yang dipergunakan untuk perbanyakan adalah biji. Sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu pembiakan tanaman yang tidak melalui hasil persilangan baik antar dan atau inter tanaman, oleh karena itu merupakan yang berasal dari bagian tanaman, misalnya : daun, batang, akar, bunga, antek, putik, dsb.
Untuk menghindari rasa buah atau hasil suatu tanaman yang mengecewakan, kita dapat memanfaatkan tanaman hasil bungaan itu sebagai tanaman batang bawah. Maksudnya, tanaman itu kita sambung atau okulasi dengan tanaman yang telah kita ketahui sifat unggulnya (untuk tanaman buah) atau warna bunganya (untuk tanaman hias bunga). Kegunaan dari teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali. Salah satu contoh dari pembiakan tanaman secara vegetative adalah menyambung.
Dalam melakukan penyambungan ini kita mutlak memerlukan batang atas dan batang bawah.  Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar,biasanya dipilih batang yang mempunyai perakaran yang kuat. Sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entries atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga batang yang masih berada pada pohon  induknya. Kadang-kadang untuk penyambungan ini kita memerlukan batang perantara (interstock).
Untuk itu, dalam praktikum ini akan membahas bagaimana cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menyambung.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyambungan.
2.      Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pengurangan daun terhadap keberhasilan penyambungan tanaman.














BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Perbanyakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif adalah suatu teknik perbanyakan tanaman yang tidak melalui hasil persilangan baik antar dan atau inter tanaman, oleh karena itu merupakan yang berasal dari bagian tanaman, misalnya : daun, batang, akar, bunga, antek, putik, dsb.
Dasar dari pembiakan vegetatif yaitu pembiakan tanaman secara aseksual yang memungkinkan tanaman-tanaman memulihkan dirinya dengan regenerasi jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan prose alami maupun buatan
( Harjadi, 1991).
Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Keuntungan lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan benih klon, bank klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta perbanyakan masal tanaman terseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif pada tanaman diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi (Adinugraha, 2007).

2.2  Pengertian Menyambung
Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman. Untuk memperoleh bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang sempurna. Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu benih atau bibit dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro (naungan), serta keterampilan sumber daya manusia, di samping pemeliharaan setelah penyambungan. Pada tanaman jambu mete, metode penyambungan yang umum dilakukan adalah sambung pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak dilakukan dengan hasil baik adalah sambung celah (cleft graft) dan sambung baji (webge graft). Penyambungan dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang diberikan oleh, yaitu: (1) bahan tanaman yang disambung secara genetik harus serasi (kompatibel), (2) bahan tanaman harus berada dalam kondisi fisiologi yang baik, (3) seluruh bidang potong harus terlindung dari kekeringan, (4) kombinasi masing-masing bahan tanaman harus terpaut sempurna, dan (5) tanaman hasil sambungan harus dipelihara dengan baik selama waktu tertentu (Firman, 2009).
Menyambung adalah menempatkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapai persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak, dan untuk memperbaiki sifat batang atas ( Jumin,2008).
Teknik penyambungan ini bisa diterapkan untuk beberapa keperluan, yaitu membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak, dan juga untuk membantu pertumbuhan tanaman. Dengan mengadakan penyambungan diharapkan agar bibit yang dihasilkan akan lebih unggul dari tanaman asalnya batang bawah dan batang akar ( Wudianto, 2002). 

2.3 Sambung Pucuk
Pengertian sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling meyesuaikan diri secara kompleks. Cara sambung pucuk ini sekaraang sudah digunakan secara luas, yaitu pada tanaman hias, tanaman buah, dan tanaman perkebunan ( Wudianto, 2002).




2.4 Teknik menyambung
Menurut AAK (1988),Membuat sambungan atau enten adalah suatu usaha perbaikan mutu untuk mendapatkkan lebih banyak bibit tanaman dengan sifat keturunan yang sama dengan sifat induknya
Penyambungan memerlukan antara lain :
Ø  Batang bawah atau understand
Ø  Batang atas (penyambung atau entris)
Sebagai tanaman sambungan,penyambungan dilakukan sewaktu tanaman itu masih berada persemaian.Batang bawah harus dipilh tanaman yang memiliki perakaran yang kuat dan telah diuji keunggulanya terutama ketahanan terhadap penyakit akar. Bahan sambungan atas entris yang digunakan harus memperhatikan tanaman yang pertumbuhannya baik dan produksinya tinggi.
Pelaksanaan yang harus diperhatikan di dalam kegiatan menyambung antara lain :
Ø  Bibit yang akan disambung diusahakan batang yang akan disambung dengan penyambungnya sama. Hal ini dimaksud agar proses penyambunganya dapat dilakukan dengan mudah.
Ø  Musim penyambungan dilakukan pada waktu yang tepat saat tanaman pesat-pesatnya melakukan pertumbuhan.     

2.5 Jenis-Jenis Enten ( Sambungan )
            Menurut AAK (1988), Penyambungan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dapat digolongkan menjadi empat Golongan antara lain :
1.      Approach Graffing,Sambungan jenis ini batang atas dan batang bawah masing-masing berhubungan dengan sistem perakarannya.
2.      Inarching graffing,Sambungan antara pohon tuas sebagai batang atas dan pohon muda sebagai batang bawah.Diharapkkan agar  pohon tua dapat dibantu dalam pengambilan zat-zat makanan oleh tanaman muda.
3.      Bridge grafiing,Sambungan yang digunakan untu menghubungkan atau mempersatukan kembali jaringan yang terpisah akibat kerusakan batang.
4.      Detached Scion graffing,Penyambungan tanaman,batang bawahnya berhubungan dengan akar sedangkan batang atas lepas dari akar.

2.6 Kamboja (Adenium)
Kamboja atau Plumeria Sp. Tergolong tanaman yang dapat mencapai usia ratusan tahun seperti halnya kaktus raksasa. Tanaman ini merupakan jenis suculent yakni tumbuhan yang dapat menyimpan air pada seluruh bagian tubuhnya dari akar, batang, daun, bunga sampai buah.
Kamboja memiliki beberapa keluarga dekat, yakni Pachypodium, Adenium (Kamboja Jepang), dan Mandevila, tapi meski satu keluarga, bentuk dan warna bunganya berbeda. Keunggulan dari tanaman tropis yang satu ini adalah berbunga sepanjang tahun, ”tahan banting”, dan mudah beradaptasi dengan berbagai iklim. Ia berasal dari kawasan Meksiko Kolombia, Ekuador, Venezuela, dan menyebar ke Asia, hingga ke Indonesia, seperti kamboja-kamboja lainnya, kini adenium tak hanya berwarna polos merah atau putih, melainkan sudah berkembang jadi silangan antarspesies dengan variasi warna dan motif yang sangat cantik. Karenanya, tak mengherankan bila jenis ini sangat ”laku” sebagai bunga parsel. Bentuk artistik dan ketahanan hidupnya yang tinggi jadi alasan utama. Kamboja Jepang merupakan tanaman “tahan banting” dan mudah di rawat. Pemeliharaan, pemupukan, penyiraman dan penyemprotan insektisida tak perlu repot (Sukaryorini, 2007).
Adenium obesum merupakan tanaman asli gurun atau biasa disebut “The Desert Rose”, di Indonesia dikenal dengan sebutan kamboja jepang (Anonymous, 2006). Tanaman adenium ini memang cocok ditanam di Indonesia karena iklim tropisnya. Iklim tropis di Indonesia ini memang cocok bagi pertumbuhan adenium yang menyerupai iklim asli habitatnya. Bunganya yang cantik berwarna merah inilah adenium mendapat julukan “Desert Rose” atau si Mawar Gurun. Namun dewasa ini warna bunga adenium telah beraneka warna dengan munculnya ratusan hibrida baru hasil silangan (Sukaryorini, 2007).


BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
     Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 Maret 2012 pukul 09.30 di Jurusan Budidaya Tanaman Agronomi, Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Plastik pengikat
2. Pisau tajam (cutter)
3. Timba

3.2.2 Bahan
1. Kamboja jepang merah dan putih (Adenium)

3.3 Cara Kerja
1.    Menyiapkan bahan tanaman yang akan digunakan sebagai batang bawah dan batang atas serta alat yang diperlukan.
2.    Memilih batang atas sebesar batang bawah dan membuat perlakuan sebagai berikut:
       a. Batang atas daunnya dibuang
       b. Batang atas daunnya tidak dibuang dengan menyisakan 2 daun lebih
3.  Memotong batang bawah 3-5 cm diatas leher bonggol, kemudian membuat sayatan celah berbentuk huruf V kea rah bawah sepanjang 1-1,5 cm.
4.    Memotong dan membuat sayatan batang atas berbentuk baji (lancip) sepanjang 1-1,5 cm
5.    Menyisipkan batang atas (entres) ke dalam celah batang bawah.
6.    Membalut sambungan dengan tali rafia atau plastik mulai dari bawak ke atas.
7.    Mengerudungi bidang sambungan dengan kantong plastik transparan, dan meletakkan di tempat teduh sekitar 3 minggu(21 hari).
8.    Sambungan yang tumbuh akan muncul tunas daun atau tunas baru.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 01. Pengamatan pada Sambungan
No
Kelompok
Keterangan
1
Kelompok 1
Gagal
2
Kelompok 2
Gagal
3
Kelompok 3
Gagal
4
Kelompok 4
Gagal

4.2  Pembahasan
            Dalam praktikum ini ada dua perlakuan yang dilakukan yaitu pada tanaman yang satu menyisahkan dua atau lebih daun sementara yang satunya tanpa ada daun yang disisakan, dengan dua perlakuan yang berbeda ini maka dalam pertumbuhannya antara tanaman yang satu dengan yang lain berbeda yaitu pada tanaman yang di buang daunya tumbuh daun baru lebih baik dan subur. Hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam pemanfaatan energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk pertumbuhan dan proses penyambungan secara kimiawi dan biologis yaitu pembentukan protein dan karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di antara sambungan bawah dan atas. Sementara tanaman yang ada daunnya tumbuh sedikit tidak sehat atau tidak kuat karena terjadi pemborosan energi yang didapat dan terjadi penguapan karena ada daun, sehingga hal ini menyebabkan tanaman tumbuh lambat atau masih tidak sehat. Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyambungan ini adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis, oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan. Namun dalam praktikum kali ini hasilnya masih kurang memuaskan untuk praktikan. Dari hasil yang diperoleh dalam praktikum acara penyambungan yaitu semua kelompok mengalami kegagalan dalam melakukan proses penyambungan. Sambungan yang dikira berhasil karena muncul tunas daun baru ternyata setelah dilakukan pelepasan pada ikatan sambungan, sambungan pada batang tetap patah, hal ini karena tidak terjadi penyatuan antara batang atas dan batang bawah. Kegagalan dalam penyambungan ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya yaitu :
1. Pemilihan scion / batang atas yang terlalu muda
     Pemilihan batang atas yang terlalu muda, biasanya rentan dengan cuaca kering atau panas. Sehingga saat cuaca panas, scion mengering.
2. Pada saat mengikat ke dua scion atas dan bawah 
     Biasanya ini yang paling sering terjadi, kebanyakan yang menggunakan plastik. Pada saat mengikat, luka ditutup rapat tanpa ada sirkulasi udara. Hal ini "menurut" saya sangat riskan karena "jika" ada jarak untuk ruang hampa diantara sambuang tsb, maka ada peluang untuk terjadinya embun. Anggap saja batang bawah diameter 3 Cm, atas 2 Cm . Maka ruang kosong menggunakan V graft adalah sekitar 1 cm. Di area luka ini rentan dengan terjadinya kebusukan karena air yang terkumpul dari embun di ruang kosong akan mengenai luka dan menyebabkan terjadinya jamur dan busuk. (Beda dgn flat grafting, kalau flat grafting justru harus rapat , tapi tetap tanpa ruang udara kosong).
3. Alat yang digunakan tidak steril
     Alat-alat yang digunakan juga menjadi salah satu faktor. Ketidak sterilan alat untuk memotong batang atas maupun bawah dapat menjadi penyebab kegagalan dalam penyambungan.
4. Plastik yang digunakan untuk mengurangi kelembapan
     Penjelasannya hampir sama dengan no. 2, namun kalau yang ini biasanya ikatan plastik penutup di ikat tepat di area luka grafting, sehingga uap/ embun turun mengenai luka. Sehingga dapat menyebabkan pada titik penyambungan terjadi jamuran dan menyebabkan kebusukan.
5. Kurang mengikat 
     Ini juga penyebab biasa terjadi kegagalan. Pada saat menyisipkan batang atas dengan batang bawah, kurang rapat atau kurang kuat menempel. Intinya adalah kalau grafting ingin berhasil, luka jangan sampai terkena air, pemilihan batang yang tepat, penempatan yang tepat.
            Selain hal di atas ada beberapa penyebab kegagalan dalam penyambungan lainnya yaitu : Terlalu lama proses penyambungan, sehingga kambium telah mengering.  Kelembapan yang berlebihan atau terkena air langsung saat proses penyambungan. Alat pemotong atau pisau cater tidak bersih (steril) atau alat pemotong atau pisau cater tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut yang menyebabkan kambium sulit bersatu (menempel). Pengikatan sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan metabolisme tanaman tercekik. Sambungan terkena guncangan, patah ; sehingga menyebabkan perekatan kambium terputus. Yang terakhir adalah faktor alam, misalnya terjadinya hujan yang berlebihan yang menyebabkan keadaan terlalu lembab dan kekeringan yang terlalu panjang menyebabkan batang sambungan mengering.
            Apabila sambungan tidak mengalami kegagalan maka proses terbentuknya sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim.
Sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Untuk okulasi (budding), mata tunas harus menghadap ke atas. Jika posisi ini terbalik, sambungan tidak akan berhasil baik karena fungsi xylem sebagai pengantar hara dari tanah meupun floem sebagai pengantar asimilat dari daun akan terbalik arahnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing. Selain hal tersebut ada yang harus diperhatikan adalah fungsi dari penutup sambungan yaitu untuk mengurangi transpirasi, menjaga suhu agar bisa menunjang pembentukan jaringan pada sambungan. Pengikatan pada sambungan juga harus diperhatikan, hal ini beguna untuk menghindari masuknya air ke sambungan sehingga sambungan tidak mengalami pembusukan. Pengikatan sambungan menggunakan plastic dilakukan dari bawah ke atas dengan melingkarkan pada batang yang akan dilakukan penyambungan.

















BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Dari hasil praktikum kali ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman.
2. Hasil praktikum kali ini mengalami kegagalan dikarenakan berbagai penyebab antara lain : pemilihan batang yang terlalu muda atau terlalu tua, pengikatan pada sambungan yang terlalu keras, terlalu kering atau terlalu lembab, pengikatan penutup terlalu kencang sehingga terjadi banyak pengembunan di dalamnya yang jatuh pada sambungan yang dapat menyebabkan kebusukan.
3.  Proses terjadinya sambungan yaitu sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim. Serta translokasi makanan dapat berjalan kembali.
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah pemiilihan batang bawah dan atas harus tepat yang memiliki ukuran yang diusahakan sama, batang yang dipotong tidak terlalu tua dan tidak terlalu tua,  pemotongan batang menggunakan pisau yang tajam dan steril, pembuangan daun untuk mengurangi penguapan, pengikatan sambungan supaya tidak terlalu kencang, pengikatan penutup seharusnya tidak terlalu kencang, kelembapan harus dijaga agar proses pembentukkan sambungan normal.

5.2 Saran
            Dalam melakukan sambungan seharusnya dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan berbagai faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam proses melakukan sambungan.
DAFTAR PUSTAKA

AAK.1988.Budidaya Tanaman Kopi.Yogyakarta : Kanisius.

Adinugraha, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk Dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai Jenis Eucalyptus Pellita F. Muell Di Persemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1).

Firman, C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Naungan Terhadap Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.). Jurnal Teknik Pertnaian 14(1).

Harjadi, Sri Setyati.1991.Pengantar Agronomi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jumin, Hasan Basri.2008.Dasar-Dasar Agronomi.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sukaryorini, Pancadewi dan Moch Arifin.2007.”Kajian Pembentukan Caudex Adenium Obesum Pada Diversifikasi Media Tanam”.Jurnal Pertanian Mapeta.10(1):31-41.

Wudianto, Rini.2002.Membuat Setek. Cangkok, Dan Okulasi.Jakarta: Penebar Swadaya.







1 komentar:

Unknown mengatakan...

kok gagal semua????

Posting Komentar