BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara vegetatif dan generatif serta penggabungan
antara Vegetatif-Generatif.
Biasanya manusia melakukan pembanyakan vegetatif cara-caranya yaitu: stek atau cutting, okulasi,
penyambungan, dan cangkok. Keunggulan dari tanaman yang membiak secara
vegetatif adalah menghasilkan tanaman baru yang serupa dengan induknya (karena
tidak terjadi perubahan susunan genetis).
Saat
ini manusia sering melakukan
perbanyakan tanaman dengan cara penyetekan. Penyetekan merupakan
suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti;
akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian – bagian tanaman tersebut
menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat seperti induknya.. Perbanyakan
dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang.
Perbanyakan dengan cara setek banyak dipilih orang,
apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan
untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit
tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya
mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan
sifat-sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna
yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang
relative singkat. Alasan lain kenapa setek ini banyak dipilih orang adalah
caranya sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat
dilakukan oleh siapa saja.
Maka dari
itu dalam praktikum kali ini akan menerapkan metode setek melati. Dengan ini
diharapkan untuk meningkatkan kemampuan masing-masing individu lebih terampil
dalam penyetekan tanaman.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2. Untuk
mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan system
perakaran pada setek batang.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembiakan Vegetatif
Pembiakan
tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetative dari tumbuhan
induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa
perubahan susunan kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat
induknya (Jumin, 2008).
Menurut sumiasri (2001),Perbanyakan secara
vegetatif atau aseksual
merupakan alternatif yang
dapat dilakukan untuk tanaman yang
sulit dibiakkan dengan biji.
Pembiakan vegetatif
sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan
duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Keuntungan
lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan benih klon, bank
klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti
hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta
perbanyakan masal tanaman terseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif
pada tanaman diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat
ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi
(Adinugraha, 2007).
2.2
Penyetekan
Tanaman asal
setek cepat berbunga dan berbuah,tetapi bentuknya pendek dan percabangan
rendah dengan perakaran yang lemah mudah roboh.cara ini akan menghasilkan populasi tanaman yang
benar-benar klonal(Puslit Kakao
Indonesia,2004).
Setek sebagai
suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn (akar,
batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar.
Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun,
setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok
memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu
berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian. Setek dengan kekuatannya sendiri,
tapi setek tidak menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan
mampu menghasilkan bunga dan buah( Wudianto, 2002).
2.2
Teknik Setek
Menurut Saptamin (2005),Teknik Pembentuk bibit setek
sangat sederhana,Sifat-sifat unggul pohon induk yang diinginkan dapat menurun
dengan sempurna pada tanaman baru hasil setek.
Media
perakaran setek pun dapat
dibuat dari berbagai macam bahan.Pasir
adalah media
yang terkenal sejak awal.pasir yang berukuran
sekitar 2 mm lebih baik daripada
pasir halus.jika pasir lebih besar dari 2 mm
daya menahan airnya kurang baik.sehingga setek gagal berakar.
Kompos memberikan hasil penyetekan yang cukup tinggi dan system
perakaran yang
lebih banyak meyimpang
(lateral).kelemahan dari media ini hanya
dapat digunakan satu kali(Puslit Kakao Indonesia,2004).
2.3
Jenis-Jenis Setek
Berdasarkan banyaknya daun dikenal
dua macam bentuk setek,yaitu setek daun tunggal (single left cutting) dan Setek berdaun banyak(sten cutting). Pada setek berdaun tunggal, satu setek hanya terdiri dari satu ruas atau satu daun.sementara itu
setek berdaun banyak yaitu
setek terdiri dari beberapa ruas dengan daun 3-7 lembar(Puslit Kakao Indonesia,2004).
Sedangkan menurut bagian tanaman yang dapat di setek
antara lain :
1.
Setek
akar /Umbi,setek yang terdiri dari potongan akar tinggal atau umbi yang
memiliki mata tunas.
2.
Setek
Batang,Setek dari batang atau cabang yang meliki mata tunas yang dapat
berkembang menjadi tanaman baru. stek batang akan diperoleh hasil perbanyakan
tanaman yang memiliki karakter identik dengan tanaman induknya.
3.
Setek
daun atau Tunas daun, Setek dari daun tanaman yang memiliki mata tunas dapat
ditumbuhkan.
2.4 Botani dan Ekologi Melati
Melati (Jasminum spp.) adalah
suatu jenis tanaman merambat dengan bunga berbentuk seperti terompet dan harum.
Dalam klasifikasi tumbuhan, melati dimasukkan dalam marga Jasminum, suku
Oleaceae dan bangsa Oleales. Klasifikasi secara lengkap tanaman melati adalah
sebagai belikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Sub Kelas :
Sympetalae
Ordo :
Oleales (Lingustrales)
Family :
Oleaceae
Genus :
Jasminum
Spesies :
Jasminum spp.
Nenek moyang melati berasal dari
India. Kemudian menyebar antara lain ke Malaysia, Filipina, Indocina dan
Indonesia. Kepopuleran melati terus merambah ke seluruh penjuru dunia, di
antaranya di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin, Benua Eropa
dan Jazirah Arab.
Jumlah spesies dari marga Jasminum
semula dilaporkan sebanyak 200 spesies , namun pada tahun 1988 telah
dilaporkan sebanyak 300 spesies dan jumlah spesies yang telah dibudidayakan
sebanyak 47 spesies.
Di Indonesia melati merupakan tanaman
asli penghuni kepulauan Nusantara. Terbukti di daerah dikenal nama lokal untuk
melati misalnya dinamakan Malate (Madura), Menuh (Bali), Menur, Mlati (Jawa),
Manduru (Menado), Manyora (Timor), Selupan (Melayu), Mundu (Bima Sumbawa),
Elung (Bugis), Melur (Batak Karo), Menlu Cina (Aceh) , Malati (Sunda), Bunga
Moputi (Gorontalo), Bunga Baluru (Ujung Pandang), Saya Manuru (Ternate).
Tiga spesies yang mempunyai nilai
industri untuk tujuan pembuatan parfum di India ialah J. sambac, J.
Auriculatum dan J. grandiflorum. Sedangkan di Indonesia 3 spesies
melati yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah J. sambac Maid
of Orleans ( J. sambac Ait), J. sambac Grand Duke of Tuscany dan J.
officina!e.
J. sambac Maid of Orleans atau J. sambac Ait
adalah spesies melati yang sangat populer dan telah dinobatkan sebagai “Puspa
Bangsa” serta banyak digunakan pada berbagai macam kesempatan dan
keanekaragaman manfaat terutama untuk pewangi teh dan rangkaian bunga. J.
sambac Maid of Orleans/J. sambac Ait atau Arabian Jasmine. berasal
dari India atau dari kepulauan Asia dan Srilangka. Selain Jasminum sambac, melati
yang banyak dipakai sebagai pewangi teh adalah Jasminum officinale yang
berasal cari kepulauan Asia, Jawa, India, Iran, Kaukasia sampai China, dan Himalaya.
Sedangkan melati yang dapat dikembangkan sebagai bunga potong dan taman adalah Jasminum
sambac Grand Duke of Tuscany disebut Gardenia Jasmine, melati susun
wangi dan melati Bangkok yang kemungkinan berasal dari Bangkok (Satsiyati,1998).
2.4.1 Morfologi Melati
Melati
merupakan tanaman hias yang menjadi lambang pesona bunga Indonesia, berbunga
putih mungil dengan aroma khas yang memberi kesan romantis. Mahkota bunga
bervariasi dari tunggal hingga yang bersusun seperti bunga mawar kecil. Warna
bunga umumnya putih, namun beberapa spesies ada yang berwarna kuning (J.
bignoniaceum, J. fruticans, J. humile, J.humile revolutum, J. mesnyi, J.
nudiflorum, J. primulinum), merah atau pink seperti J. besianum, Forest
and Diels, maupun waktu kuncup pink atau merah muda, namun sesudah mekar
berwarna putih seperti pada J. grandiflorum, Linn (Satsiyati, 1998).
Melati
yang sudah banyak dikenal di Indonesia ada 3 jenis yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan yaitu J. sambac Maid of Orieans, J. sambac Grand
Duke of Tuscany dan J. officinale (Satsiyati, 1998).
J. sambac Maid of Orleans. Tanaman berbentuk
perdu merambat. Bunganya tunggal berwarna putih bersih dengan mahkota yang
terbuka, muncul dalam kelompok. Daunnya oval atau ellips dengan permukaan atas
berwarna hijau mengkilap (Satsiyati, 1998).
J. sambac Grand Duke of Tuscany. Seperti
halnya Maid of Orleans namun mempunyai mahkota bunga yang bertumpuk, dengan
sosok bunga yang besar, berwarna putih bersih dengan keharuman lebih tajam
dibandingkan J. sambac Maid of Orleans. Daunnya berhadaphadapan,
umumnya lebih dari 2 daun dan berkisar 3 – 5 daun (Satsiyati, 1998).
J. officinale, Linn (Melati Gambir). Disebut juga
Poet’s jasmine, Free flowering jasmine, White, Sweet atau Common
jasmine. Tanamannya tumbuh agak merambat berupa perdu, batangnya lemah
dibandingkan J. sambac Maid of Orleans. Daunnya sempit dan kecil,
majemuk bersirip ganjil, bertekstur halus dan berwama hijau terang. Bunganya
kecil memanjang dengan warna merah tua atau merah gambir pada waktu kuncup dan
menjadi putih sesudah mekar. Bunganya dipetik untuk bahan pewangi (Satsiyati, 1998).
2.4.2 Lingkungan Tumbuh
Melati adalah tanaman perdu tahunan,
tegak atau merambat. Tanaman ini dapat dipakai baik sebagai tanaman hias pot,
pengisi halaman rumah maupun dibudidayakan sebagai perkebunan khusus. Tanaman
melati bisa tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di
atas permukaan laut. Keadaan tanah dan iklim adalah hampir sama untuk semua
jenis melati. Tipe tanah yang dibutuhkan untuk budidaya melati secara komersial
adalah remah, porous, tidak mudah tergenang dan mempunyai pH tanah 6-7,
berpasir dan kaya akan bahan organik. Bunga melati akan tumbuh baik bila
daerahnya panas, cukup kering dan terkena sinar matahari penuh . Pada Lampiran
2 dapat diketahui iklim, daerah asal dan informasi penting lainnya dari
spesies-spesies melati yang sudah dibudidayakan (Satsiyati, 1998).
Jasminum sambac Maid of Orleans adalah jenis yang
banyak dibudidayakan dan bernilai ekonomis tinggi, bila ditanam di daerah
pantai yang panas akan menghasilkan bunga banyak sekali. Curah hujan yang
diper1ukan rata-rata 5 – 6 bulan/tahun. Tanaman melati yang tumbuh sehat atau
normal, maka pada umur 10-11 bulan bunganya sudah mulai dapat dipanen. Akan
tetapi pada panen pertama hasil bunganya sedikit dan hasil bunga maksimal
dicapai setelah tanaman berumur 15-18 bulan. Melati membutuhkan pengairan
sabelum dan selama periode berbunga dan panen dilakukan setiap pagi hari
dipetik bunga yang masih kuncup. Spesies melati ini membutuhkan iklim tropis
dan toleran terhadap curah hujan tinggi. Hujan pada musim panas menginduksi
pembungaan pada tingkat kuantitas berbunga yang tinggi (Satsiyati, 1998).
Jasminum sambac Grand Duke of Tuscany. Spesies ini
cocok ditanam di dataran rendah dengan penyinaran matahari penuh dan suhu 27-320
C. Di dataran tinggi pertumbuhan dan bunganya kurang bagus. Tanah gembur,
subur, kaya akan bahan organik diperlukan untuk spesies ini agar dapat tumbuh
optimal. Penanaman melati dalam pot dapat menggunakan media organik dengan
pemupukan yang intensif agar tanaman bisa berbunga terus menerus.
Jasminum officinale. Melati ini tumbuh baik pada tanah
lempung berpasir atau daerah pantai hingga ketinggian 1500 m di atas permukaan
laut. Bunga muncul terus menerus mulai bulan Mei sampai Oktober dengan periode
pembungaan maksimum pada bulan Mei-Juni (Satsiyati, 1998).
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum dasar-dasar produksi tanaman acara 5 dengan judul setek melati
(cuttage) ini dilaksanakan di
Jurusan Budidaya Tanaman
Agronomi,
Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Sabtu, tanggal 17 Maret 2012 pukul 09.30.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Polibag
2.
Pisau tajam (cutter)
3.
Botol semprot (Hand sprayer)
4.
Timba
3.2.2
Bahan
1. Tanaman Bunga Melati
2. Media pasir, kompos, arang sekam.
3.3
Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan media tanamn dan alat yang
diperlukan.
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa
komposisi sebagai berikut:
a. Mencampur pasir, kompos, arang sekam
perbandingan 3 : 1 : 1
b. Mencampur pasir, kompos, arang sekam
perbandingan 1 : 3 : 1
c. Mencampur pasir, kompos, arang sekam
perbandingan 1 : 1 : 3
3.
Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar
polibag.
4.
Memilih bahan setek dengan memotong bagian batang bunga melati yang agak muda miring
45º ukuran ± 10 cm.
5.
Menanam bahan setek tersebut ke dalam polibag yang telah diisi dengan komposisi
media tanamn hingga 1/3 bagian.
6.
Menjaga kelembapan tanah dengan
melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 01.
Pengamatan
Pertumbuhan Setek Melati
No
|
Komposisi media
tanam
|
Kelompok
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
3 : 1 : 1 ( K : A :
P )
|
0
|
1
|
0
|
1
|
2
|
1 : 3 : 1 ( K : A :
P )
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
1 : 1 : 3 ( K : A :
P )
|
3
|
0
|
0
|
0
|
Grafik
01. Jumlah
Setek Melati yang Tumbuh
4.2 Pembahasan
Pada grafik
terlihat bahwa pertumbuhan stek yang baik terjadi pada komposisi 3:1:1 yaitu kompos,
arang sekam dan pasir dengan pertumbuhan jumlah daun 3 pada pemotongan kemiringan
45o sedangkan pada perbandingan 1:3:1 yaitu kompos, arang seekam dan
pasir memiliki presentase pertumbuhan terendah. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penyetekan melati kali ini
banyak mengalami kegagalan. Dari sekitar 60 penyetekan hanya sekitar 6
penyetekan yang berhasil membentuk pertunasan. Dan sisanya yaitu 54 penyetekan
gagal terbentuk tunas baru.
Kegagalan
dalam melakukan stek kemungkinan disebabkan karena batang stek yang masih muda,
temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang
telah distek, gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar.
Pada dasarnya cara perbanyakam stek akan kurang menguntungkan jika bertemu
dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan
stress lingkungan. Selain itu penyebab kegagalan stek yaitu tanaman yang di
stek tidak sehat terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di buka
setelah di sayat/ dipotong, tanaman yang di stek bagian yang telah dibelah /
disayat terkena / kemasukan sesuatu, terlalu lama dalam memasang tetapi tidak
di ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
Dalam
penyetekan agar diperoleh keberhasilan dengan baik diperlukan usaha yang baik
dan diperhatikan pula faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan penyetekan yaitu bahan stek, umur
bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan bahan makanan pada stek,
kandungan zat tumbuh, pembentukan kalus, media pertumbuhan, kelembaban,
temperatur, cahaya, perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu pengambilan
stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan zat tumbuh, kebersihan dan
pemeliharaan. Faktor media tanam stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek,
pengaturan media tanam dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan
lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar.
Media
tanam berfungsi sebagai tempat berjangkarnya akar, penyedia air dan unsur hara,
penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan
aktivitas mikrobia tanah. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek
selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal
stek. Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan
kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat
merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran
stek berkisar antara 21o C sampai 27o C pada pagi dan siang
hari dan 15o C pada malam
hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas
melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi. Pasir
merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki
tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki
kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus
dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam.
Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari
auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi
dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun.
Zat-zat ini akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar
stek. Akar adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan
kalus dan dari akar morfologi atau akar primordia. Proses pembentukan akar dapat diterangkan menjadi empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang
mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu
dari jaringan vaskular (jaringan pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar
primordia
d. Pertumbuhan dan
munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang ditambah pembentukan
sambungan pembuluh antara akar primordia dan jaringan pembuluh dari stek.
Daya pembentukan akar
pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi antara lain oleh kandungan
karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan stek yang digunakan. Beberapa
fase dalam proses pembentukan akar adventif antara lain sebagai berikut:
·
Diferensiasi seluler yang diikuti oleh inisiasi yaitu
permulaan pertumbuhan dari sekelompok sel-sel merismatik, keadaan ini biasanya
disebut dengan inisiasi akar.
·
Diferensiasi dari kelompok sel-sel tersebut menjadi
promodia akar (bakal akar) yang dapat dilihat.
·
Pertumbuhan dan pemunculan akar-akar baru yang
meliputi pelebaran dari jaringan batang, dan pembentukan hubungan vaskular
dengan jaringan penghubung yang menghubungkan batang yang distek dengan
jaringan vaskular.
Akar
adventif adalah akar yang muncul kerna adanya perlukaan, dimana pada stek
batang berasala dari sekelompok sel yang berbeda-beda untuk setiap jenis
tanaman yang kemudian kelompok sel berkembang menjadi sel merismatik. Pada
kebanyakan tanaman, inisiasi akar dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat,
yang disebut dengan akar yang diinduksi (induced root) atau akar yang muncul
karena adanya perlukaan.
Pembentukan
akar adventif dibatasi oleh faktor-faktor inherent (faktor bawaan dari tanaman)
yang tidak ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun, pembentukan akar
adventif dapat dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak
bergerak (immobile) yang terletak didalam sel yang berupa enzim-enzim tertentu
dan nutrien serta faktor-faktor endogen yang mudah ditranslokasikan yang saling
berinteraksi untuk menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.
Tanaman hasil stek lebih cepat tumbuh daunnya daripada akar
karena adanya sifat plagiotrop. Plagiotrop ialah rantin-granting yang
tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini
pendek, agak kecil dan tak melekat pada akar sebab masing-masing bukunya tak
berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadap-hadapan, dan
disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke
samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh
ranting-ranting lagi. Inilah bagian-bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga
atau buah,maka ia juga disebut cabang-cabang buah (tanaman yang masih bertahan).
Kondisi batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan muda dengan warna
batang setengah hijau atau setengah tua dengan warna kulit batang biasanya
coklat muda. Pada saat itulah kandungan karbohidrat dan auxin (hormon) pada
batang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek.
Selain
itu pertumbuhan daun pada stek batang lebih dahulu daripada akar karena pada
perlakuan tersebut daun untuk stek batang dihilangkan sehingga pertumbuhan daun
terlebih dahulu mempunyai fungsi untuk melakukan fotosintesis pada tanaman. Adanya
tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas
dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai
auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan
dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
Keberhaasilan
peyetekan dipengaruhi oleh beberapa syarat yang harus diperhatikan. Syarat
pertama yaitu pemilihan batang, batang dipilih berumur kurang lebih satu tahun
karena pada cabang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar,
sedangkan pada cabang yang terlalu muda prosos penguapannya terlalu cepat
sehingga stek menjadi lemah dan mati. Ada tidaknya penyakit dalam cabang yang
akan kita jadikan stek juga harus kita perhatikan. Karena hal ini akan
berpengaruh pada hasil stek yang kita buat. Sebaiknya kita memilih batang yang
berwarna hijau, cabang seperti ini biasanya memiliki kandungan nitrogen dan
karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat petumbuhan akar.
Untuk pemotongan pada batang yang telah memenuhi syarat sebaiknya pemotongan
ini dibuat miring dengan sudut kemiringan 45° pada bagian atas maupun bagian
bawah. Pemotongan batang secara miring pada bagian atas ditujukan untuk menjaga
agar air yang jatuh dari atas tidak membuat batang busuk dan pemotongan miring
bagian bawah bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan
media tanam. Untuk mengurangi tingginya penguapan pada tanaman dapat dilakukan
mengurangi jumlah daun yang terdapat pada batang yang akan digunakan untuk stek.
Pangkal dipotong miring tersebut kemudian diberi zat pengatur tumbuh agar pada
pangkal batang tersebut nantinya cepat tumbuh akar. Sebelum batang dimasukkan
ke dalam media tanam perlu dibuat lubang pada tanah yang ukurannya sesuai
dengan diameter batang agar zat pengatur tumbuh tetap memempel pada batang yang
distek. Sehingga pada pangkal batang tersebut akan terangsang tumbuh akar.
Apabila dilakukan pemotongan batang
secara mendatar dihasilkan perakaran yang kurang banyak dan kurang efektif
untuk penyerapan hara di dalam tanah.
Pemberian zat pengatur tumbuh pada penyetekan ini
sangat bermanfaat sekali untuk merangsang pertumbuhan tunas akar. Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon
tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui
pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan sel
ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem
hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon.
Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu
Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan
pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk
keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang
dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis
auksin lainnya adalah IBA.
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan
mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke
tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas
tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga
penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA
bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di
dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap
perakaran stek. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini efektif pada jumlah
tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana
pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar,
sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Pebanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan metode
stek(memanfaatkan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk,daun, umbi, dan akar) untuk menghasilkan tanaman yang baru yang
sifatnyasama dengan tanaman induknya didalam pelaksanaannya tidak
memerlukanteknis yang khusus karena pada umumnya stek ini mudah dilakukan.
2. Pertumbuhan tanaman yang baik yaitu dengan komposisi 3:1:1 yaitu kompos,
arang sekam dan pasir. Akar pada tanaman hasil stekan tidak tumbuh karena pada
saat percobaan daun dihilangkan sedangkan fungsi daun sendiri untuk
berfotosintesis dan merangsang
pertumbuhan akar sehingga pertumbuhan tunas daun lebih dahulu dibandingkan
dengan akar.
2. Kegagalan pada stek karena batang stek yang masih muda, temperatur
yang terlalu tinggi, kurangnya ketersediaan air bagi batang yang telah distek,
gunting stek tidak tajam sehingga batang yang akan distek memar, lama dalam
memasang tetapi tidak di ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
3. Faktor media tanam stek juga mempengaruhi pertumbuhan stek,
pengaturan media tanam dengan komposisi tertentu sehingga dapat menyediakan
lingkungan/kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar.
4. Pada stek pertumbuhan daun lebih cepat daripada akar karena daun
berfungsi sebagai sarana fotosintesis yang bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan akar.
5. Pemberian ZPT
(zat pengatur tumbuh) dalam pertumbuhan tanaman stek yaitu dapat membantu
pembentukan kalus dan terjadi pembentukan akar.
5.2
Saran
Sebaiknya
untuk praktikum selanjutnya mencoba untuk tidak menghilangkan daun dari tanaman
untuk melihat perkembangan pertumbuhan daun yang masih ada dengan daun yang
dibuang sehingga parameter pengamatan lebih bervariasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aak.1988.Budidaya
Tanaman Kopi.Yogyakarta : Kanisius.
Adinugraha, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk Dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai
Jenis Eucalyptus Pellita F. Muell Di Persemaian. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. 1(1).
Jumin,
Hasan Basri. 2008. Dasar-Dasar Agronomi.
Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Puslit Kakao
Indonesia.2004.Panduan Lengkap Budiaya
Kakao. Jember :
Agromedia pustaka.
Santoso,Bambang Budi,dkk.2008.Perbanyakan
Vegetatif Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Stek Batang: Pengaruh
Panjang dan Diameter Stek. Bul. Agron.
(36) (3) 255 – 262.
Saptamin,V,dkk.2005.Membuat Tanaman Cepat Berbuah.Jakarta: Penebar
Swadaya.
Satsiyati
dan S. Wuryaningsih. 1998. Budidaya Melati. Dalam Melati. Buku Komoditas No. 4
Balai Penelitian Tanaman Hias. ISBN : 979 – 8842 – 07 – 3 : 1 – 22.
Sumiasri,Nurul,Ninik
Setyowati,Indarto.2001 .Tanggap Setek Ccabang Bambu Bentung (Dendrocalamus
asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon IAA dan IBA. Jurnal Natur Indonesia III (2): 121 – 128.
Wudianto, Rini. 2002. Membuat Setek. Cangkok, Dan Okulasi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
2 komentar:
Terima kAsih infonya :)
mas....boleh nanya tips supaya kuncup melati awet untuk buat ronce hiasan pernikahan.......mksh sebelum ny
Posting Komentar