BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan
guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat melakukan
pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat melakukannya
derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada tanaman pada
umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia (terutama
untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi dan
artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian besar
dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan.
Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangbiakan
agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan
pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah
pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut
airlayerage atau disebut juga bumbun. Mencangkok merupakan salah satu upaya
pembiakan tanaman dalam pertanian. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi
dua yaitu secara vegetatif dan generatif.
Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang
pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada
tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini
relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih
tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon
induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai
tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas
kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah.
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan
mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat
cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat
berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di
lapang.
Pembiakan
dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang
mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam
prosesnya dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman.
Namun hal ini dapat dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya
yang diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu.
Meskipun mempunyai pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada
struktur susunan batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi
lebih baik dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman
secara manual dapat berkurang.
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan
mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat
cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat
berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus,
Mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua
maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk
pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk
membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil
dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa
atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti
dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai
sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi,
sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram
air.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui
dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan akar
cangkokan.
2. Untuk mengetahui
pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiakan Tanaman
Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang
membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya.
Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media
tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan
tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua
cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan
tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta
tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).
Kegiatan pengembangan
buah-buahan perlu didukung oleh tersedianya bibit yang berkualitas dalam jumlah
yang cukup. Tetapi penanganan perbanyakan tanaman seing diabaikan oleh petani
tradisional, padahal perbanyakan tanaman yang tepat akan manguntungkan udaha
tani (Sulastri, 2004).
Salah satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan
tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok
merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri dengan menggunakan
batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman
dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai
kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil. Selain itu, pada
tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila dilakukan penyayatan pada
batang tanaman akan langsung melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem)
(Ashari, 1995).
Proses pencangkokan
dimulai dengan terbentuknya radikal dari polistirena dan kemudian gugus COOH
dari asam adipat akan menempel pada gugus stirena yang terlebih dahulu dibuat
radikal. Hasil dari pencangkokan akan dikarakterisasi dengan Spektrofotometer
infra merah, kekuatan tarik kopolimer cangkok diukur dengan Tensile tester, dan
sifat termalnya ditentukan dengan fungsi dari komponen awal (Supri, 2003).
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang
tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman
menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang
yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang yang dicangkok
tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan
sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30cm saja. Jumlah daun yang
disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar
tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit
tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus
menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada
cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan
pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada
bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media
perakaran yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya
akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat
drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat
baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat
terhadap hama penyakit . Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot
karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga
tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang
tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Wudianto, 1997).
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran
dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon
induknya. Beberapa jenis tnaman
buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini. Caranya ialah dengan mengerat batang atau
cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya
5 -10 cm. Kulit pada bagian yang kita
kerat tersebut dikupas sampai pada bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang
samasekali. Selanjutnya pada bagian yang
kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk
kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada
musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram
dengan air untuk mencegah kekeringan (Wudianto, 1997).
Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini
dimaksudkan pada tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman
berkayu yang sulit dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman
tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang berbeda,
sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang
pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.Pada
teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah
dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses
mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan
kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal cangkok
bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam
ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan
dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon
induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu
pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan
sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah
(1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang
telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk
media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga
cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim
hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga
(Adinugraha, 2007).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan
adalah pohon buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu
mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada
tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll.
Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah untuk di
cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun karena ada
caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai misal
adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan
Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi
dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu
kali sehari..Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan
air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3
(Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak
diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan"
bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat
pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu
tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan
untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni
untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat
berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut
kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat
diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam
mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup
tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering
disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan
Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar
(Kusumo, 2001).
2.2 Jambu Biji (Psidium guajava)
Tanaman buah jambu (Psidium
guajava) merupakan salah satu tanaman tropis.
Tanaman ini dikenal dengan sebutan jambu biji. Tanaman
ini sudah digunakan sejak lama untuk pengobatan tradisional terutama daun,
kulit, dan buahnya. Tanaman ini berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah.
Synonym:
Guajava pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus guajava var.
pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus guajava (L.) Kuntze, Psidium
aromaticum, Psidium cujavillus Burm. f., Psidium guajava var.
cujavillum (Burman) Krug and Urb., Psidium guajava var. guajava,
Psidium guava Griseb., Psidium guayava Raddi, Psidium
igatemyensis Barb. Rodr., Psidium pomiferum L., Psidium pumilum var.
guadalupense, Psidium pumilum Vahl, Psidium pyriferum L.
2.3
Klasifikasi Jambu Biji
Menurut
Tjitrosoepomo
(1985),
klasifikasi jambu biji adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
2.4 Morfologi Jambu Biji
Tanaman
perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 4-10 meter. Batang berkayu, bulat,
kulit terkelupas dalam potongan, licin, bercabang, berwarna cokelat kehijauan.
Ruas tangkai teratas segiempat tajam. Percabangan batang termasuk percabangan
simpodial, yaitu batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan
selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah
cepat pertumbuhannya dibanding dengan cabangnya. Arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus). Termasuk tumbuhan bienial,
yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, dari tumbuh sampai berbuah memerlukan waktu
kurang lebih 2 tahun (Tjitrosoepomo, 1985).
Daun tunggal,
bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar
seolah-olah tersusun dalam dua baris pada satu bidang. Bertangkai pendek 3
mm sampai 7 mm. Bangun daun bulat telur agak menjorong ,
pangkal membulat, tepi daun rata (integer),
ujung daun runcing (acutus), panjang
6-14 cm dengan lebar 3-6 cm. Permukaan daun berkerut (rugosus). Warna daun muda berbulu abu-abu setelah tua berwarna
hijau tua. Pertulangan daun menyirip (penninervis)
dan berwarna hijau kekuningan. Secara mikroskopis daun tunggal , bertangkai
pendek, pendek tangkai daun 0,5 cm sampai 1 cm; helai daun berbentuk bundar
telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm
sampai 6 cm; pinggir daun rata agak menggulung ke atas; permukaan atas agak
licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik
berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai bintik-bintik yang tembus
cahaya; ibu tulang daun dan cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip, warna putih kehijauan (Tjitrosoepomo, 1985).
Sistem
akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix
primaria), akar lembaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pohon yang
bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil. Psidium guajava memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu berbentuk kerucut
panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang
lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah
perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang
lebih banyak (Tjitrosoepomo,
1985).
Bunga
tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1 sampai 3
bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan
bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga,
aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang
1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang
berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti
mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm.
pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit
sekali diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan
menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama,
bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah
tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang (Tjitrosoepomo, 1985).
Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati
tunggal yang berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan
dalam yang tebal, lunak dan berair. Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian
yang lunak itu. Bagian muda berambut dan berwarna hijau tua. Kalau masak
berwarna kuning, berdaging yang menyelimuti biji-biji. Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik,
berwarna kuning, panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah muda
(Tjitrosoepomo,
1985).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Produksi Tanaman dengan
cara Mencangkok (Air Layerage) ini berlangsung pada hari Selasa,
tanggal 20 Maret 2012 pukul 10.00 WIB bertempat di Desa Sumberjeruk, Kecamatan
Kalisat, Kabupaten Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Jambu Biji ( Psidium guajava )
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kompos
4. Pupuk kandang
5. Tanah
3.2.2 Alat
1. Tali raffia
2. Pisau tajam
3. Timba
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atau cabang yang tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat / menghilangkan kulit dan kambium
pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka
secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian ditutup dengan serabut
kelapa dan plastik.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara
menyiram air.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum dengan acara
pencangkokan yang dilakukan dihasilkan data sebagai berikut :
Tabel 01. Pengamatan Akar Cangkokan pada Media Kompos
No
|
Indikator
|
Kelompok
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Panjang akar (cm)
|
0,5
|
0
|
0,2 - 0,5
|
0,5
|
2
|
Jumlah akar
|
60
|
0
|
4
|
5
|
|
Keterangan
|
Berhasil
|
Gagal
|
Berhasil
|
Berhasil
|
Tabel 02. Pengamatan
Akar Cangkokan pada Media Pupuk Kandang
No
|
Indikator
|
Kelompok
|
|||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Panjang akar ( cm )
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Jumlah akar
|
40
|
0
|
0
|
0
|
|
Keterangan
|
Berhasil
|
Gagal
|
Gagal
|
Gagal
|
Grafik 01. Panjang
Akar pada Media Kompos dan Pupuk Kandang
Grafik 02. Jumlah
Akar pada Media Kompos dan Pupuk Kandang
4.2
Pembahasan
Dari
hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan pupuk kompos
yang didibalut dengan menggunakan plastik berwarna hitam memberikan hasil yang
baik, hal ini karena pada cangkokan ini diperlakukan baik dengan menyiram media
cangkokan tersebut setiap harinya serta pada prinsipnya pupuk kaompos dapat
menyimpan air cukup lama sehingga persediaan air untuk merangsang pembentukan
akar pada cangkokan akan terus terjaga. Pembalutan dengan plastik membuat
temperature cangkokan menjadi sesuai dan kelembapannya seimbang. Sehingga
teknik ini membuktikan bahwa pencakokan yang baik dapat menggunakan media pupuk kkandang yang dibalut
dengan menggunakan plastic berwarna hitam.
Dari
tabel maupun grafik di atas kita dapat mengetahui media yang baik untuk cangkok
pada prakikum ini adalah media kompos yang menggunakan pembungkus media berupa
plastic hitam. Dari perlakuan ini tampak hasil cangkokan yang baik yaitu jumlah
akar banyak walaupun panjangnya kalah dengan media pupuk kandang. Dari hasil
tabel dan grafik di atas pencangkokan pada mangga lebih mudah dilakukan dan
pembentukan akarnya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang lain. Cangkok
jambu biji yang dilakukan oleh kelompok 2 gagal total karena berbagai penyebab.
Dalam pemilihan media merupakan faktor yang sangat penting yang diperlukan
dalam pencangkokan. Media ini diperlukan
dalam merangsang pertumbuhan akar pada cangkokan.
Tiap
media yang digunakan untuk melakukan pembudidayaan tanaman mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara media satu dengan media lain. Tiap media
yang digunakan mempunyai kandungan unsur hara, tidak hanya unsur hara yang
menjadikan media tanam tersebut sebagai media yang baik, diantaranya mampu
menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak memiliki
salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Selain itu bahwa
pembentukan akar pada cangkok tingkat keberhasilannya lebih ditentukan oleh
sifat fisik media dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam
media, karena sifat fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan
adanya kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam proses
pembentukan akar. Pada media yang mempunyai beberapa persyaratan yang lengkap
diatas, akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok diantaranya : 1) Dalam
mengerjakan pencangkokan harus dengan hati - hati terutama saat menguliti sebab
: Pembuluh tapis pada tumbuhan jika rusak akan menyebabkan kegagalan
pencangkokan dan Jaringan disekitar bawah kulit tumbuhan sangat lemah dan
rentan akan infeksi bakteri maupun virus. 2) Memilih dahan yang
kira-kira memiliki diameter antara 5 cm hingga 7 cm. Bentuk cabang yang baik
adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan
belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar
cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun
pensil. Hal tersebut karena dengan cabang yang kecil akan didapatkan tanaman
dengan jumlah banyak dan tanaman tidak memerlukan akar yang banyak sehingga mempercepat
proses pencakokan. 3) Penyiraman tidak membutuhkan air banyak dan hanya perlu
disirami sekali dalam sehari untuk menghindari pembusukan.
Dalam mencangkok juga diperlukan perawatan yang hati-hati karena tanaman hasil
cangkokan kebanyakan perakarannya menjadi lemah. Mengapa demikian, karena tanaman
hasil cangkokan tersebut memiliki akar serabut sehingga tanaman akan mudah
roboh. Adapun kegagalan dalam pencakokan dikarenakan oleh beberapa hal
diantaranya seperti kurang bersihnya pengkeratan pada batang yang menyebabkan
cambium masih tersisa pada batang yang dikerat tersebut, sehingga aliran
makanan masih dapat berjalan hingga jaringan di bawahnya keratin cangkokan.
Selain itu juga disebabkan oleh alat penyayatan yang kurang steril dan tidak
adanya perawatan dengan menyiram cangkokan.
Mekanisme
pembentukan akar pada tanaman sangatlah sederhana, mulai dari pelukaan
pada batang, pemberian media pada batang akan dicangkok tersebut, melakukan
pembalutan pada media dengan menggunakan serabut kelapa atau plastik, lalu
dilakukan pengikatan ujung bawah dan ujung atasnya, dari perlakuan ini maka
akar akan terangsang keluar pada bagian atas sayatan karena aliran makanan yang
dihasilkan oleh daun tidak sampai ke bawah sayatan tapi berhenti di atas
sayatan, yang semakin lama akan semakin menumpuk pada bagian tersebut, sehingga
pada bagian tersebut kulit batang akan mengembang. Pada bagian yang mengembang
ini sebenarnya terjadi penumpukan auksin serta karbohidrat sehingga akan
menstimulir timbulnya akar pada bagian atas sayatan.
Pencangkokan
dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu tumbuhan, sehingga
pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal. Pada tumbuhan Jambu
Biji proses pencangkokan sebenarnya adalah suatu peristiwa translokasi, yaitu
dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xylem dibiarkan utuh.
Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada bagian yang di sayat
karena ada timbunan bahan organik. Bagian bekas luka yang menggembung disebut
kalus. Pada batang atau akar tumbuhan dikotil, jika mengalami luka maka akan
ada usaha untuk memperbaiki bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan dengan
bantuan hormon luka atau kambium luka (asam traumalin).
Mencangkok kita pilih dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis
seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit,
rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman
hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus
persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat,
biasanya disebabkan mutasi gen.
Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan
seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan
tanaman induk. Selain itu nanti apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang
permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat tumbuh baik. Keuntungan lain
adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat. Selain
keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok
tidak dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat
dicangkok dari sebuah pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada
cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu yang diperlukan untuk mencangkok
lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak menggunakan zat
perangsang).
Teknik pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan
membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat
tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka
mungkin masih ada bagian xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan
makanan sampai ke daun sehingga akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan
adalah untuk memutus jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil
fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka sayatan terjadi
penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga terbentuk
kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya
akar. Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di
bagian sayatan tersebut yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem
yang mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah tetap tidak terputus
sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari tanaman induk.
Ada beberapa syarat agar tanaman hasil
cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara lain pohon induk umurnya sudah
cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon yang ideal
diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah
cukup; pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah
berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul;
batang halus; batang lurus ke atas; warna kecoklatan, karena pada batang
kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar yang keluar
juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok
nampak kuat dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat
menggagalkan hasil cangkokan.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum ini yaitu :
1. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan
tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga
dapat ditanam sebagai tanaman baru mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan
tanaman.
2. Penutup yang
digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar pada
cangkokkan. Penutup yang berasal dari plastik ini cukup efektif dalam menahan
air agar tidak mudah lolos saat dilakukan penyiraman pada pencangkokan sehingga
mudah merangsang akar untuk tumbuh.
3. Perlakuan dengan
mengurangi daun berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman karena jika daun
tidak dikurangi maka penguapan tanaman akan tinggi dan kemungkinan untuk
mendapatkan hasil yang optimal sangatlah rendah.
4. Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila
kondisi media pembungkus,
bahan pembungkus sesuai dan mendukung untuk melakukan pertumbuhan.
5. Hasil cangkokan yang cukup baik untuk diterapkan dalam proses
pencangkokan adalah yang diterapkan pada kelompok dua yang menggunakan media
kompos dan pupuk kandang dengan penutup plastic hitam.
6. Kegagalan dalam pencangkokan disebabkan oleh berbagai hal
diantaranya adalah kurang bersihnya dalam pembersihan cambium pada batang akan
dicangkok, alat penyayatan kuarng steril serta tidak adanya perawatan seperti
penyiraman pada cangkokan.
5.2
Saran
Dalam
praktikum ini hendaknya lebih mempersiapkan tanaman yang benar-benar memenuhi kriteria
tanaman untuk dapat dicangkok. Disamping itu dalam proses pencangkokan harus
lebih rajin dalam penjagaan kelembapan media cangkok agar mendapatkan hasil
cangkokan yang optimal. Selain itu dalam pembarsihan cambium pada batang yang
akan dicangkok harus sebersih mungkin agar makanan yang disuplai daun menuju
akar tidak sampai ke bawah yang dapat menyebabkan tidak muncul pertumbuhan akar
pada cangkokan.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan Adma. 2007. “Teknik
Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia
mangium”. Info Teknis 5 (2).
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Kusumo,S.2001. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Putri, Kurniawati P. , D, Dharmawati F. , dan
Suartana, M. 2007. Pengaruh Media dan Hormon Tumbuh Akar Terhadap Keberhasilan
Cangkok Ulin. Jurnal. Penelitian Hutan Tanaman 4 (2):069 – 118.
Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Sulastri,
Yustina Sri. 2004. “Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Lama
Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jambu Air”. Jurnal Hortikultura 7 (4).
Supri. 2003. Kopolimerisasi Cangkok Gugus Reaktif Asam Adipat dan Polistirena dengan
Inisiator Benzoil Peroksida. Jurnal Sains Kimia vol 7, no 1. Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Tjitrosoepomo,
Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan,
32-235, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo,
Gembong, 1985, Taksonomi Tumbuhan,
163,211,220 Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi.
Penebar Swadaya,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar