1.1
Latar
Belakang
Kata
enzim berasal dari “en zyme” yang berarti dalam ragi (yeast), mulai dipakai
semenjak tahun 1877. Sebelum itu telah dikenal diastate (Bender, 1973), pepsin
(Dixon, 1979) dan emulsin (Boyer,
1973) yang masing-masing adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati,
protein, dan glikosida. Pada tahun 1866 Louis Pasteur mendapatkan bahwa cairan
anggur bergula dapat mengalami perubahan menjadi alkohol dan CO2
oleh karena adanya ragi yang tumbuh di dalamnya. Oleh karena itu Pasteur
memastikan bahwa yang menyebabkan peristiwa “fermentasi” itu adalah suatu zat
yang dikeluarkan oleh ragi. Zat itu berhubungan erat dengan kehidupan jasad
tersebut. Pasteur menyebutnya sebagai “organized ferment” untuk membedakannya
dengan diastase, pepsin, dan emulsi yang dinamakannya “un organized ferment” (
S. Martoharsono, 1998).
Secara
praktis dapat dikatakan bahwa teknologi enzim telah ada sejak berabad-abad,
seperti pada pembuatan anggur. Sebenarnya dari pengetahuan kita terdahulu
tentang kerja enzim berasal dari pekerjaan Pasteur, Kuhne, Buchner dan yang
lain penelitian tentang kerja ragi. Kuhne adalah orang pertama yang
memperkenalkan istilah enzim (Yunani:
“di dalam ragi”), dalam tahun 1878 (R. Soendoro, 1989).
Banyak faktor
mempengaruhi laju reaksi suatu enzim. Di antaranya yang paling penting adalah
konsentrasi-konsentrasi substrat dan enzim. Beberapa faktor yang utama yang
lain adalah suhu, pH, kekuatan ionik, dan adanya inhibitor. Sesungguhnya,
segala sesuatu yang mempengaruhi struktur tersier protein enzim akan
mempengaruhi laju reaksi enzim. Laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu, dan
akhirnya enzim kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat
panas. Banyak enzim berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-37ºC. Akibat
dari pH terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa faktor, yang
dapat saling bersaing. Laju reaksi berkurang pada di kedua sisi pH optimum
untuk setiap kombinasi dari tiga alasan yang mungkin:
1. Protein
enzim dapat menjadi mengalami denaturasi akibat pH ekstrim tinggi atau rendah.
2. Protein
enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang terionisasikan pada rantai
samping yang mungkin aktif hanya pada satu keadaan ionisasi.
3. Substrat
dapat memperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya satu bentuk
muatan.
Jika banyak
enzim ternyata paling aktif pada sekitar pH 7, maka beberapa enzim adalah
maksimum aktif pada pH tinggi atau pada pH rendah, tergantung pada keadaan
bekerjanya enzim. Suatu contoh adalah enzim pepsin, yaitu enzim proteolitik
dari cairan perut yang mempunyai pH optimum sekitar 2 (R. Soendoro, 1989).
Fungsi suatu
enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun
di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu
mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka
enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada
yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan
energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, A. 1994).
Sebagai katalis,
enzim adalah satu-satunya dibanding dengan katalis-katalis anorganik atau
organik sederhana. Sifat-sifat katalitik khas dari enzim termasuk hal-hal
berikut:
1. Enzim
meningkatkan laju reaksi pada kondisi biasa (fisiologik) dari tekanan,suhu, dan
pH. Hal ini merupakan keadaan yang jarang dengan katalis-katalis lain.
2. Enzim
berfungsi dengan selektivitas atau spesifisitas bertingkat luar biasa tinggi
terhadap reaktan yang dikerjakan dan jenis reaksi yang dikatalisasikan. Maka
reaksi-reaksi yang bersaing dan reaksi-reaksi sampingan tidak teramati dalam
katalisasi enzim.
3. Enzim
membeikan peningkatan laju reaksi yang luar biasa dibanding dengan katalis
biasa (R. Soendoro, 1989).
1.2
Tujuan
Tujuan
praktikum Biokimia Tanaman acara Pengukuran Aktivitas Enzim adalah:
1. Untuk
mengukur aktivitas kerja enzim dalam sampel.
2. Untuk mengetahui cara pengukuran aktivitas
enzim.
3. Untuk mengetahui uji deteksi amilase pada
sampel.
BAB
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan
Bahan
2.1.1 Alat
1.
Test tubes
2.
Pipets
3.
Spectrophotometer
2.1.2 Bahan
1. Dinitrosalicylic
Acid Reagent Solution, 1%
·
Dinitrosalicylic acid: 10 g
·
Phenol: 2 g (optional, see note 1)
·
Sodium sulfite: 0,5 g
·
Sodium hydroxide: 10 g
·
Add water to: 1 liter
2. Potassium
sodium tartrate solution, 40%
3.
Larutan Pati (1%)
4.
Biji Kopi
2.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan.
2. Memasukkan ekstrak sampel biji kopi
yang akan dilihat enzimnya sebanyak 50 µl, ditambah pati sebanyak 200 µl dan
buffer sebanyak 250 µl.
3. Mendiamkan dalam suhu ruangan selama
30 menit.
4. Menambahkan larutan DNS sebanyak 500
µl ke dalam larutan sampel.
5. Setelah dihomogenkan menggunakan
vortex, memanaskan larutan pada suhu 90 - 100ºC selama 10 menit.
6. Setelah dingin, mengamati perubahan warna
yang terjadi pada larutan tersebut.
BAB
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel 1. Pengamatan
Perubahan Warna Pada Sampel
Sampel
|
Sebelum di inkubasi
|
Setelah di inkubasi
|
Setelah dipanaskan
|
|||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|
1
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat agak pekat
|
Coklat pekat
|
Coklat gelap
|
Coklat gelap
|
2
|
Cokelat
pekat
|
Cokelat
|
Cokelat
(Tanpa inkubasi)
|
Cokelat
terang (non inkubasi)
|
Cokelat
kemerahan
|
Cokelat
kemerahan
|
3
|
Orange
|
Orange
|
Orange agak gelap
|
Orange agak gelap
|
Orange gelap
|
Orange gelap
|
4
|
Orange
Muda
|
Orange muda
|
Orange
|
Orange
|
Orange agak gelap
|
Orang agak gelap
|
3.2
Pembahasan
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan
organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu
senyawa yang berikatan dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai
berikut:
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur
sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim
tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu,
yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1.
Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari
enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi menentukan kekhususan dari
enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa yang berlainan,
tergantung dari enzimnya.
2.
Koenzim
Koenzim
disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan tetapi,
koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat
termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat. Fungsinya menentukan
sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin
Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP
berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Koenzim
dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD atau donor dari
gugus kimia, seperti AT P (Adenosin Tri Phosfat).
Sifat –
Sifat Enzim
a. Enzim
hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk akhir yang
dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju suatu
reaksi.
b. Enzim
bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu
saja.
c. Enzim
merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein.
Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan
kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut
organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim
diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator,
enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim
bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat
laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu
senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa
menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
f. Enzim
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta
konsentrasi substrat.
Cara Kerja
Enzim
Enzim
mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan
laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan
untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA2. (Lihat Gambar 1). Penurunan energi aktivasi
dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk dihasilkan,
kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan
substrat yang lain.
Gambar 1. Grafik
Kerja Enzim
Enzim
memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada
sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat
elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi
aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya
molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar
dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.
Enzim
memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada
sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat
elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi
aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya
molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar
dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.
Cara kerja
enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan
teori kecocokan yang terinduksi.
a. Teori gembok
dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama
membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks,
substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi,
kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
b. Teori
kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang
terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat
memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat
membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak
aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi
dengan enzim tersebut.
Enzim
Amilase
Enzim amilase adalah enzim
yang mengkatalis hidrolisis pada ikatan 1-4 glikosidik pada produk pati dengan
berat molekul rendah, seperti glukosa,maltosa,dan maltotriose. Amilase adalah
enzim yang paling penting dan signifikan dalam bidang bioteknologi, industri
enzim amylase merupakan kelas industri yang memiliki kurang lebih 25% pasar
enzim dunia. Enzim tersebut dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti
tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme. Sekarang banyak mikrobia penghasil
amylase yang tersedia secara komersial dan mikrobia tersebut hampir seluruhnya
menggantikan hidrolisis kimia pati pada industri produksi pati.
Amilase yang dihasilkan mikroorganisme mempunyai spektrum yang luas pada aplikasi industri karena lebih stabil daripada-amilase yang dihasilkan oleh tumbuhan dan binatang. Keuntungan utama dalam penggunaan mikroorganisme pada produksi amilase adalah kapasitas produksi yang besar dan fakta bahwa mikrobia mudah dimanipulasi untuk menghasilkan enzim dengan karakteristik yang di inginkan.-amilase diperoleh dari bermacam-macam jamur, yeast dan bakteri. Meskipun demikian, enzim dari sumber jamur dan bakteri mendominasi aplikasi dalam sektor industri. amilase mempunyai kemampuan aplikasi yang luas dalam proses industry seperti makanan, fermentasi, tekstil, kertas, deterjen, dan industri farmasi. Amilase dari jamur dan bakteri dapat digunakan dalam industri farmasi dan kimia. Meskipun demikian, dengan perkembangan bioteknologi, aplikasi amilase berkembang di banyak bidang, seperti kesehatan, obat-obatan, dan analisis kimia, seperti aplikasi dalam sakarifikasi pati pada tekstil, makanan, brewing, dan industri distilasi.
Amilase yang dihasilkan mikroorganisme mempunyai spektrum yang luas pada aplikasi industri karena lebih stabil daripada-amilase yang dihasilkan oleh tumbuhan dan binatang. Keuntungan utama dalam penggunaan mikroorganisme pada produksi amilase adalah kapasitas produksi yang besar dan fakta bahwa mikrobia mudah dimanipulasi untuk menghasilkan enzim dengan karakteristik yang di inginkan.-amilase diperoleh dari bermacam-macam jamur, yeast dan bakteri. Meskipun demikian, enzim dari sumber jamur dan bakteri mendominasi aplikasi dalam sektor industri. amilase mempunyai kemampuan aplikasi yang luas dalam proses industry seperti makanan, fermentasi, tekstil, kertas, deterjen, dan industri farmasi. Amilase dari jamur dan bakteri dapat digunakan dalam industri farmasi dan kimia. Meskipun demikian, dengan perkembangan bioteknologi, aplikasi amilase berkembang di banyak bidang, seperti kesehatan, obat-obatan, dan analisis kimia, seperti aplikasi dalam sakarifikasi pati pada tekstil, makanan, brewing, dan industri distilasi.
Sifat dan Fungsi Enzim Amilase
enzim amylase yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
Enzim amylase juga berfungsi untuk mengubah tepung menjadi gula. Secara umum
enzim memiliki sifat :
1. bekerja pada substrat tertentu
2. memerlukan suhu tertentu
3. keasaman (pH) tertentu pula
Suatu enzim tidak dapat
bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada
keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. pada suhu
tinggi aktivitasnya tinggi tetapi kemantapan enzyme rendah. Suhu yang yang
membuat aktivitas dan kemantaban suatu enzyme tinggi maka disebut suhu
optimum.Jumlah hasil reaksi juga akan mempengaruhi aktivitas enzim.
Telah disebutkan beberapa
factor yang mempengaruhi aktivitas enzim salah satunya suhu dan pH. Sehubungan
dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, maka semakin meningkat suhu,
aktivitas enzim akan semakin meningkat. Pada pemanasan tinggi enzim yang
merupakan suatu protein akan mengalami denaturasi protein sehingga aktivitas
kerjanya menjadi nol. Pada umumnya reaksi kima dengan naiknya suhu 10 derajat
Celcius maka akan meningkatkan kecepatan reaksi sebesar 2 kali. Hal ini akan
berlaku pada enzyme dengan suhu maksimum hingga 35 derajat Celcius. Jika lebih
dari suhu tersebut enzim akan mengalami denaturasi sehingga merusak fungsi
katalisatonya. Umumnya enzim mulai kehilangan sifat katalisatornya pada suhu 35
derajat Celcius dan berakhir pada suhu 60 derajat Celcius.
Oleh sebab itu perlu diketahui
nilai suhu dan pH optimum dari enzim amylase yang ada pada air liur. Agar
diketahui seberapa besar efek hidrolisis maka diperlukan blanko sebagai
pembanding. Blanko ini berisi seperti tabung pengujian yang membedakan hanyalah
penambahan air liur. Amilum akan membentuk kompleks dengan Iodium hingga
menghasilkan larutan berwarna biru. Warna ini dapat di pakai dalam pengukuran
absorbansi yang sebanding dengan kosentrasi amilum. Semakin besar nilai
absorbsinya maka semakin besar kosentrasi amilum yang belum terhidrolisis.Untuk
mengetahui besarnya hasil hidrolisis maka nilai A uji dikurangi dengan nilai
Ablanko sehingga di peroleh A yang artinya semakin besar nilai A maka semakin
besar pula amilum yang telah terhidrolisis.
Sehingga jika di buatkan
sebuah kurva hubungan antara suhu dan pH ,akan diperoleh nilai pH dan suhu
optimum yang dipakai oleh enzyme.Enzim amilase adalah salah satu enzim yang
mampum dihasilkan oleh jamur dan jamur yang menghasilkan enzim tersebut
biasanya disebut jamur amilolitik. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, jamur yang mampu menghasilkan enzim ailase berasal dari genus
Penicillium,Cephalosporium, Mucor, Neurospora, Aspergillus dan Rhizopus
Manfaat
Enzim Amylase
Enzim amylase banyak digunakan
sebagai industri gula cair, makanan, industri tekstil, dan industri farmasi.Enzim
ini juga banyak digunakan pada industri minuman misalnya pembuatan High
Fructose Syrup (HFS) maupun pada industri tekstil, sebagai food additive untuk
memperbaiki tekstur bahan makanan.Penambahan enzim alfa-amilase dalam bentuk
tepung malt atau tepung enzim hasil kerja mikroorganisme dapat meningkatkan
kemampuan menghidrolisa pati yang dikandung dalam tepung terigu, dengan
demikian khamir yang tumbuh pada pembuatan adonan mendapat energi yang cukup
sehingga pembentukan karbon dioksida optimal dan pengembangan adonan menjadi
optimal amilase untuk produksi energi alternatif bioetanol,membantu metabolism
karbohidrat.
Cara
Menghasilkan Enzim Amylase
Untuk menghasilkan etanol dari
bahan-bahan pati, misalnya serelia,pati tersebut haruslah diubah terlebih
dahulu menjadi gula. Dalam pembuatan bir , ini dapat dilakukan dengan merendam
biji gandum dalam air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang baru
berkecambah tersebut akan menghasilkan enzim amylase .Biji kecambah gandum
ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula.
Untuk etanol bahan bakar,
hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan
asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, atapun kombinasi dua
cara tersebut. Bila pati dihidrolisis dengan enzim transglukosidase akan
dihasilkan suatu oligosakarida dengan derajat polimerisasi yang lebih besar.
Senyawa ini disebut dekstrin yang sangat larut dalam air dan dapat mengikat
zat-zat hidrofobik sehingga dipergunakan sebagai food additive untuk
memperbaiki tekstur bahan makanan. enzim amilase yang dapat membantu
metabolisme karbohidrat. Khasiat dan manfaat kacang hijau tidak akan berkurang
walaupun direbus lama (sampai hancur).
Dari hasil praktikum yang
telah dilakukan tentang pengujian aktivitas enzim amilase diperoleh hasil bahwa
dalam sampel pertama yaitu biji kopi U1 diperoleh perubahan warna setelah
dilakukan inkubasi yaitu dari coklat menjadi coklat agak gelap dan setelah
dilakukan pemanasan maka sampel berubah warna menjadi coklat gelap. Pada sampel
pertama biji kopi U2 menunjukkan perubahan warna setelah diinkubasi dari coklat
ke coklat pekat dan setelah dilakukan pemanasan maka berubah lagi menjadi
coklat gelap. Pada sampel kedua biji kopi U1 menunjukkan perubahan warna dari
coklat pekat menjadi coklat tanpa dilakukan inkubasi, sedangkan setelah
dilakukan pemanasan maka warna sampel berubah menjadi coklat kemerahan. Untuk
sampel kedua biji kopi U2 menunjukkan perubahan warna dari coklat menjadi
coklat terang dengan perlakuan didiamkan dalam suhu ruangan tanpa diinkubasi,
dan setelah dilakukam pemanasan maka warna sampel berubah menjadi coklat
kemerahan.
Pada sampel biji kakao warna
larutan sampel berbeda dengan larutan sampel biji kopi. Pada sampel biji kakao
warnanya lebih terang dari pada sampel biji kopi yaitu berwarna orange. Pada
sampel 3 yaitu biji kakao U1 menunjukkan perubahan warna setelah di inkubasi
yaitu dari warna orange menjadi orange agak gelap, dan setelah dilakukan pemanasan
pada sampel tersebut warna berubah menjadi orange gelap. Untuk sampel 3 yaitu
biji kakao U2 mengalami perubahan warna dari orange menjadi orange agak gelap
setelah dilakukan inkubasi, dan setelah dipanaskan maka terjadi perubahan warna
yaitu menjadi orange gelap. Pada sampel 4 yaitu biji kakao U1 menunjukkan
perubahan warna dari orange muda menjadi orange tanpa dilakukan inkubasi, hanya
didiamkan di dalam ruangan, dan setelah dilakukan pemanasan maka warnanya
berubah menjadi orange agak gelap. Pada sampel 4 biji kakao U2 menunjukkan
perubahan warna dari orange muda menjadi orange dengan perlakuan tanpa
inkubasi, dan setelah dilakukan pemanasan maka terjadi perubahan warna menjadi
orange agak gelap.
Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan inkubasi dan pemanasan menunjukkan
perubahan warna yang cukup mencolok dibandingkan sampel yang tidak dilakukan
inkubasi. Hal ini terjadi karena sampel yang diinkubasi aktivitas enzimnya
lebih cepat bekerja daripada sampel yang tidak dilakukan inkubasi. Hal ini
ditunjukkan dngan perubahan warna akhir percobaan yaitu pada sampel yang
dilakukan inkubasi maka warna produk akhirnya berwarna lebih pekat dibandingkan
warna sampel yang tidak dilakukan inkubasi.
BAB
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan yang te;ah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulkan
sebagai berikut :
1. Enzim
adalah molekul bipolimer yang tersusun dari serangkaian asam amiono dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzimjuga disebut sebagai biokatalisator organik yang
dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau
suatu senyawa yang berikatan dengan protein.
2.
Enzim mempunyai dua fungsi pokok
yaitu dapat mempercepat atau memperlambat reaksi kimia serta mengatur sejumlah
reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
3.
Pada sampel pertama warna produk
akhirnya lebih pekat dibandingkan warna produk akhir pada sampel kopi yang
kedua. Hal ini terjadi karena pada sampel pertama dilakukan inkubasi sedangkan
pada sampel kedua tidak dilakukan inkubasi. Karena inkubasi mempercpat reaksi
enzim.
4.
Pada sampel ketiga yaitu biji kakao
warna sampel juga menunjukkan lebih pekat dari pada warna sampel ke empat pada
biji kakao. Hal ini dikarenakan pada sampel ketiga dilakukan inkubasi yang
mempercepat aktivitas kerja enzim sedangkan pada sampel ke empat tidak
dilakukan inkubasi, namun hanya didiamkan dalam ruangan.
4.2 Saran
Dalam
melakukan uji coba aktivitas enzim maka dalam pemanasan sampel harus dilakukan
dengan tepat, karena apabila suhu terlalu panas maka dapat menyebabkan
aktivitas kerja enzim terhenti dan enzim akan mengalami denaturasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bender,
M. L., and L.J. Brubacher. 1973. Catalysis
and Enzyme Actin. New York: McGraw-Hill.
Boyer,
P. D., ed. 1973. The Enzyme. New
York: Academic Press.
Dixon,
M. and J. E. C. Webb. 1979. Enzymes. New York: Academic Press.
Martoharsono, S. 1998. Biokimia. Yogyakarta: gadjah
Mada University Press.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Soendoro, R. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta
: Erlangga.
LAMPIRAN
Gambar 01. Warna Awal Larutan Sampel
ekstrak biji kopi Sebelum di Inkubasi
Gambar 02. Perubahan Warna Sampel Setelah di Inkubasi
0 komentar:
Posting Komentar