Penilaian Indikator Sistem Pertanian Berkelanjutan
Disusun Oleh :
Agus Setiawan (111510501071)
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Artinya
pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia
terutama sebagai penyokong utama dalam menyediakan kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam
jumlah, keragaman, dan mutunya seiring dengan perkembangan populasi dan
kualitas hidup masyarakat.
Padi merupakan salah satu tanaman
pokok di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan suatu sistem pertanian
berkelanjutan dalam budidaya tanaman padi tersebut agar produksi padi tersebut
dapat maksimal. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)
dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk
proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan
sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses
produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk
hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
Berkaitan
dengan hal di atas, pengembangan budidaya padi dapat dilaukakan melalui sistem
monokultur. Sistem pertanaman monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama. Sistem ini memiliki teknis budidaya yang mudah
karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis tidak
terjadi kompetisi yang terlalu berarti antar tanaman untuk memperoleh makanan
karena dari satu jenis tanaman, penanganan hama penyakit tidak terlalu
merepotkan karena satu jenis tanaman yang ditangani, serta dapat menghasilkan
produksi yang maksimal apabila budidaya dilakukan dengan pengelolaan yang tepat.
Di sisi lain kelemahan sistem ini adalah tanaman mudah terserang hama maupun , apabila hasil
produksi suatu tanaman jelek maka kerugian petani besar karena hanya ada satu
jenis tanaman yang didibudidayakan, dan apabila suatu lahan ditanami
terus-terusan dengan teknik monokultur dengan satu jenis tanaman saja, maka
dapat menurunkan kesuburan tanah serta menurunkan produksi suatu tanaman
tersebut.
Data
Tabel 1. Informasi Umum Sistem
Budidaya Monokultur
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Varietas
|
Ir Cibogo
|
2.
|
Asal benih
|
Membeli dan bersertifikat
|
3.
|
Kelas benih
|
0,95 tumbuh
|
4.
|
Jarak tanam
|
24 X 24
|
|
Sistem tanam
|
Jajar legowo
|
|
|
(khusus untuk tanaman padi)
|
5.
|
Jumlah benih
|
30 kg
|
6.
|
Jenis pupuk yang digunakan(nama dan jumlah
|
|
|
a.
Pupuk N
|
Urea (100 kg/ha)
|
|
b.
Pupuk P
|
SP-36(100 kg/ha)
|
|
c.
Pupuk K
|
KCl (100 kg/ha)
|
|
d.
Anorganik lain
|
-
|
|
e.
Organik
|
Kandang/kompos(300 kg/ha)
|
7.
|
Jenis Pestisida
|
Benlate/Menzet
|
8.
|
Sistem pengairan
|
Irigasi teknis/Campuran
|
9.
|
Umur panen (H.ST)
|
105 Hari
|
10.
|
Cara Panen
|
Mesin Dores
|
11.
|
Hasil Panen
|
5000 kg/ha
|
12.
|
Harga Jual
|
Rp.3250 /kg
|
13.
|
Harga pasaran Rata2
|
Rp.3200 /kg
|
14.
|
Biaya Produksi
|
Rp.7000.000 /kg
|
15.
|
Keuntungan Petani
|
Rp.9.250.00 /kg
|
16.
|
Peluang untuk penanaman jenis tanaman baru(berdasarkan kondisi iklim
lahan,dan pasar)
|
|
|
a.
Pola tanam
|
Monokultur
|
|
b.
Jenis komoditas
|
PADI
|
|
|
|
17.
|
Masalah yang dihapapi petani
|
|
|
1.
Kekurangan modal?
|
Ya
|
|
2.
Mahalnya tenaga kerja?
|
Ya
|
|
3.
Langkahnya ketersediaan pupuk?
|
Tidak
|
|
4.
Tingginya serangan hama?
|
Ya
|
|
5.
Tingginya serangan penyakit?
|
Ya
|
|
6.
Rendahnya harga jual?
|
Ya
|
|
7.
Rendahnya kesuburan tanah?
|
Tidak
|
|
8.
Air irigasi tercemar?
|
Tidak
|
|
9.
Bencana alam(lonsor,banjir.dll)?
|
Tidak
|
18.
|
Dokumentasi
|
Dokumen/foto
|
Sumber : Pak Rameli
Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan seorang
petani di desaTegal besar yang bernama Pak Rameli, didapatkan data luas lahan
yang dikelola oleh Pak Rameli yaitu 1 ha, dengan jenis tanah tipe clay karena
tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok
untuk dibuat lahan persawahan (Suprayono dan Setyono, 1997). Tanah yang baik
untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman
padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi
hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral,
sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suprayono
dan Setyono, 1997). Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya
atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan
tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm
dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur.
Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25%
(AAK, 1990).
Varietas
yang ditanam yaitu Ir Cibogo, komoditas padi sawah, tahun
peluncuran 2003, kisaran hasil:7 s/d 8,1 ton/ha gabah kering giling, rasa nasi:Pulen,
Umur tanaman : 115 – 125 hari, Bentuk tanaman : Tegak, Tinggi tanaman : 100 –
120 cm, Anakan produktif : 12 – 19 batang, Warna kaki : Hijau tua, Warna batang
: Hijau muda, Warna telinga daun : Tidak berwarna, Warna lidah daun : Tidak
berwarna, Warna daun : Hijau, Muka daun : Kasar pada bagian permukaan sebelah
bawah, Posisi daun : Tegak (lebih tegak dari Konawe), Daun bendera : Tegak
panjang (menutup malai), Bentuk gabah : Panjang ramping, Warna gabah : Kuning
bersih, Kerontokan : Agak tahan, Kerebahan : Sedang, Tekstur nasi : Pulen,
Kadar amilosa : 24 %, Indeks glikemik : 58, Bobot 1000 butir : 28 g, Rata-rata
hasil : 7,0 t/ha, Potensi hasil : 8,1 t/ha, Ketahanan terhadap Hama : • Tahan
wereng coklat biotipe 2, agak tahan wereng coklat biotipe 3, Penyakit : • Agak
tahan tehadap hawar daun bakteri strain IV, rentan terhadap penyakit tungro,
Sifat khusus : • Rendemen giling dan rendemen beras kepala, dan keterawangan
lebih tinggi dari IR64. Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah sampai
800 meter di atas permukaan laut yang tidak endemik hama wereng coklat dan
penyakit virus tungro (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Dengan asal
benih membeli dan bersertifikat, kelas benih 95 % tumbuh, jarak tanam 24 X 24
cm, sistem tanam yang diterapkan adalah jajar legowo, jumlah benih yang
digunakan kurang lebih 30 kg. Dalam pemupukannya telah diterapkan jenis pupuk
yang dibutuhkan tanaman yaitu N,P,K yang merupakan kebutuhan pokok tanaman
untuk mendapatkan produksi maksimal dengan dosis pemupukan sebesar Urea : 100
kg/ha, Sp-36 : 100 kg/ha, KCl : 100 kg/ha. Selain itu, digunakan juga pupuk
organik seperti pupuk kandang dan pupuk kompos dengan dosis pemberian pupuk :
300 kg/ha dengan tujuan untuk mengembalikan struktur tanah menjadi baik kembali
serta memperbanyak populasi mikroorgansme tanah.
Dalam
pengelolaan hama dan penyakit yang akan mengancam produktivitas padi, maka
diperlukan juga pestisida kimia yaitu Benlate atau Menzet. Sistem pengairannya
dengan memenfaatkan irigasi secara teknis. Cara pemanenan telah menggunakan
alat moder seperti mesin Dores untuk memisahkan bulir dengan batangnya.
Dilihat dari
segi ekonomisnya, dengan menggunakan sistem tanam padi jajar legowo memberi
keuntungan yang cukup besar. Dari sini ditunjukkan dengan keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp 9.250.000,00/ha. Untuk hasil panennya yaitu sebesar 5000
kg/ha atau 5 ton/ha. Harga jual padi sekitar Rp 3.250,00 /kg. Harga pasaran
rata-rata padi kering sekitar Rp 3.200 / kg. Dalam budidayanya membutuhkan
biaya sekitar Rp 7.000.000,00/ha.
Melihat
kondisi iklim, lahan dan pasar, peluang untuk penanaman jenis baru yaitu dengan
pola tanam monokultur, dengan jenis komoditas padi. Namun untuk mengembangkan
sistem pertanian kearah berkelanjutan, masih banyak kendala yang dihadapi oleh
petani seperti masih kurangnya modal, mahalnya tenaga kerja, tingginya serangan
hama, tingginya serangan penyakit, serta rendahnya harga jual di pasaran.
Mencermati
data tersebut, Pak Rameli telah cukup baik dalam budidaya padinya. Ini dilihat
dari segi ekonominya yang keuntungannya cukup tinggi. Dengan demikian, Pak
Rameli telah mampu menerapkan pertanian kearah berkelanjutan. Ini terbukti dari
penilaian melalui sistem scoring
terhadap 3 aspek, yaitu aspek ekologi dengan skor 25, aspek ekonomi dengan skor
26, dan aspek sosial-budaya dengan skor 27, dengan akumulasi jumlah total
ketiga aspek tersebut sebesar 78.
Kesimpulan
Dari
analisis data yang kami peroleh, disimpulkan bahwa untuk menentukan arah
berkelanjutan sistem budidaya, dapat didasarkan kepada penilaian melalui sistem
scoring terhadap 3(tiga) aspek, yaitu aspek berkelanjutan Ekologi,Ekonomi dan
Sosial-budaya.
Dari ketiga aspek yang telah disebutkan
kami dapat menilai sistem budidaya monoklutur yang diterapkan oleh Bapak Rameli pada lahannya, sistem budidaya bapak Rameli Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah
berkelanjutan. Ini terbukti dari scoring data yang telah kami lakukan yaitu
aspek ekologi dengan skor 25, aspek ekonomi dengan skor 26 dan aspek
Sosial-budaya dengan skor 27. Sehingga dapat di akumulasikan skornya menjadi
78.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/153. Diakse pada 01 April 2012.
Kasumbogo
Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi dalam
Pembangunan Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD HKTI Jawa
Barat, Lembang.
0 komentar:
Posting Komentar