BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya.
Mulai yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat keberhasilannya
tinggi, ada pula yang rendah. Ini semua tergantung pada beberapa faktor,
misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu memperbanyak,
ketrampilan pekerja dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman bisa kita golongkan menjadi tiga
golongna besar, yaitu perbanyakan secara vegetatif, generatif, serta vegetatif
dan generratif. Pembiakan tanaman secara generatif sudah sangat umum kita
jumpai, bahan yang dipergunakan untuk perbanyakan adalah biji. Sedangkan
perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu pembiakan tanaman yang tidak melalui
hasil persilangan baik antar dan atau inter tanaman, oleh karena itu merupakan
yang berasal dari bagian tanaman, misalnya : daun, batang, akar, bunga, antek,
putik, dsb.
Untuk menghindari rasa buah atau hasil suatu tanaman
yang mengecewakan, kita dapat memanfaatkan tanaman hasil bungaan itu sebagai
tanaman batang bawah. Maksudnya, tanaman itu kita sambung atau okulasi dengan
tanaman yang telah kita ketahui sifat unggulnya (untuk tanaman buah) atau warna
bunganya (untuk tanaman hias bunga). Kegunaan dari teknik pembibitan secara
vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama
dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang
tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak
tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu
dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak,
meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif
dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang
dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat
bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Pembibitan
secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk
pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan
tanaman yang penting hasil persilangan terkendali. Salah satu contoh dari
pembiakan tanaman secara vegetative adalah menyambung.
Dalam melakukan penyambungan ini kita mutlak
memerlukan batang atas dan batang bawah.
Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock. Ciri dari batang
ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar,biasanya dipilih batang yang mempunyai perakaran yang
kuat.
Sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entries atau scion.
Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga batang yang masih
berada pada pohon induknya.
Kadang-kadang untuk penyambungan ini kita memerlukan batang perantara (interstock).
Untuk itu, dalam praktikum ini akan membahas
bagaimana cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menyambung.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan mempelajari cara-cara penyambungan.
2. Untuk
mengetahui pengaruh perlakuan pengurangan daun terhadap keberhasilan
penyambungan tanaman.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif adalah suatu teknik perbanyakan tanaman
yang tidak melalui hasil persilangan baik antar dan atau inter tanaman, oleh
karena itu merupakan yang berasal dari bagian tanaman, misalnya : daun, batang,
akar, bunga, antek, putik, dsb.
Dasar dari pembiakan vegetatif yaitu pembiakan
tanaman secara aseksual yang memungkinkan tanaman-tanaman memulihkan dirinya
dengan regenerasi jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pada banyak
tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan prose alami maupun buatan
( Harjadi, 1991).
Pembiakan vegetatif
sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan
duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Keuntungan
lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan benih klon, bank
klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti
hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta
perbanyakan masal tanaman terseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif
pada tanaman diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat
ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi
(Adinugraha, 2007).
2.2 Pengertian
Menyambung
Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk
menggabungkan dua atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman. Untuk memperoleh
bibit sambungan yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang
kompatibel dan dapat membentuk bidang sambungan yang sempurna. Keberhasilan
penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu benih atau bibit
dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro (naungan), serta
keterampilan sumber daya manusia, di samping pemeliharaan setelah penyambungan.
Pada tanaman jambu mete, metode penyambungan yang umum dilakukan adalah sambung
pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak dilakukan dengan hasil
baik adalah sambung celah (cleft graft) dan sambung baji (webge graft).
Penyambungan dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang diberikan oleh,
yaitu: (1) bahan tanaman yang disambung secara genetik harus serasi
(kompatibel), (2) bahan tanaman harus berada dalam kondisi fisiologi yang baik,
(3) seluruh bidang potong harus terlindung dari kekeringan, (4) kombinasi masing-masing
bahan tanaman harus terpaut sempurna, dan (5) tanaman hasil sambungan harus
dipelihara dengan baik selama waktu tertentu (Firman, 2009).
Menyambung
adalah menempatkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga
tercapai persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan
vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru dan
sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang
cepat berbuah, memperbaiki bagian tanaman yang rusak, dan untuk memperbaiki
sifat batang atas ( Jumin,2008).
Teknik
penyambungan ini bisa diterapkan untuk beberapa keperluan, yaitu membuat bibit
tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak, dan juga untuk
membantu pertumbuhan tanaman. Dengan mengadakan penyambungan diharapkan agar
bibit yang dihasilkan akan lebih unggul dari tanaman asalnya batang bawah dan
batang akar ( Wudianto, 2002).
2.3 Sambung Pucuk
Pengertian
sambung pucuk ialah penyatuan pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang
bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling meyesuaikan diri secara
kompleks. Cara sambung pucuk ini sekaraang sudah digunakan secara luas, yaitu
pada tanaman hias, tanaman buah, dan tanaman perkebunan ( Wudianto, 2002).
2.4 Teknik menyambung
Menurut AAK (1988),Membuat sambungan atau enten adalah
suatu usaha perbaikan mutu untuk mendapatkkan
lebih banyak bibit tanaman dengan sifat keturunan yang sama dengan sifat induknya
Penyambungan memerlukan antara lain :
Ø Batang
bawah atau understand
Ø Batang
atas (penyambung
atau entris)
Sebagai
tanaman sambungan,penyambungan dilakukan sewaktu tanaman itu masih berada
persemaian.Batang bawah harus dipilh tanaman yang memiliki perakaran yang kuat dan telah diuji
keunggulanya terutama ketahanan terhadap penyakit
akar. Bahan sambungan atas entris yang digunakan harus memperhatikan tanaman yang pertumbuhannya baik dan
produksinya tinggi.
Pelaksanaan
yang harus diperhatikan di dalam kegiatan menyambung antara lain :
Ø Bibit
yang akan disambung diusahakan batang yang akan disambung dengan penyambungnya
sama. Hal ini dimaksud agar proses penyambunganya dapat dilakukan dengan mudah.
Ø Musim
penyambungan dilakukan pada waktu yang tepat saat tanaman pesat-pesatnya
melakukan pertumbuhan.
2.5 Jenis-Jenis Enten ( Sambungan
)
Menurut AAK (1988), Penyambungan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
dapat digolongkan menjadi empat Golongan antara lain :
1.
Approach Graffing,Sambungan jenis ini batang atas dan batang bawah
masing-masing berhubungan dengan sistem perakarannya.
2.
Inarching graffing,Sambungan antara pohon tuas sebagai batang atas dan
pohon muda sebagai batang bawah.Diharapkkan agar pohon tua dapat dibantu dalam pengambilan
zat-zat makanan oleh tanaman muda.
3.
Bridge grafiing,Sambungan yang digunakan untu menghubungkan atau mempersatukan kembali
jaringan yang terpisah akibat kerusakan batang.
4.
Detached Scion graffing,Penyambungan tanaman,batang bawahnya berhubungan dengan
akar sedangkan batang atas lepas dari akar.
2.6 Kamboja (Adenium)
Kamboja atau
Plumeria Sp. Tergolong tanaman yang dapat mencapai usia ratusan tahun seperti
halnya kaktus raksasa. Tanaman ini merupakan jenis suculent yakni tumbuhan yang
dapat menyimpan air pada seluruh bagian tubuhnya dari akar, batang, daun, bunga
sampai buah.
Kamboja memiliki beberapa keluarga
dekat, yakni Pachypodium, Adenium (Kamboja Jepang), dan Mandevila, tapi meski
satu keluarga, bentuk dan warna bunganya berbeda. Keunggulan dari tanaman
tropis yang satu ini adalah berbunga sepanjang tahun, ”tahan banting”, dan
mudah beradaptasi dengan berbagai iklim. Ia berasal dari kawasan Meksiko
Kolombia, Ekuador, Venezuela, dan menyebar ke Asia, hingga ke Indonesia, seperti kamboja-kamboja lainnya, kini
adenium tak hanya berwarna polos merah atau putih, melainkan sudah berkembang
jadi silangan antarspesies dengan variasi warna dan motif yang sangat cantik.
Karenanya, tak mengherankan bila jenis ini sangat ”laku” sebagai bunga parsel.
Bentuk artistik dan ketahanan hidupnya yang tinggi jadi alasan utama. Kamboja Jepang
merupakan tanaman “tahan banting” dan mudah di rawat. Pemeliharaan, pemupukan,
penyiraman dan penyemprotan insektisida tak perlu repot (Sukaryorini,
2007).
Adenium obesum merupakan tanaman asli
gurun atau biasa disebut “The Desert Rose”, di Indonesia dikenal dengan sebutan
kamboja jepang (Anonymous, 2006). Tanaman adenium ini memang cocok ditanam di
Indonesia karena iklim tropisnya. Iklim tropis di Indonesia ini memang cocok
bagi pertumbuhan adenium yang menyerupai iklim asli habitatnya. Bunganya yang
cantik berwarna merah inilah adenium mendapat julukan “Desert Rose” atau si
Mawar Gurun. Namun dewasa ini warna bunga adenium telah beraneka warna dengan
munculnya ratusan hibrida baru hasil silangan (Sukaryorini, 2007).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 Maret 2012 pukul 09.30 di Jurusan Budidaya Tanaman Agronomi, Laboratorium Produksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Plastik pengikat
2.
Pisau tajam (cutter)
3.
Timba
3.2.2
Bahan
1. Kamboja jepang merah dan putih (Adenium)
3.3
Cara Kerja
1.
Menyiapkan bahan tanaman yang akan
digunakan sebagai batang bawah dan batang atas serta alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atas sebesar batang bawah dan
membuat perlakuan sebagai berikut:
a. Batang atas daunnya dibuang
b. Batang atas daunnya tidak dibuang
dengan menyisakan 2 daun lebih
3.
Memotong batang
bawah
3-5 cm diatas leher bonggol, kemudian membuat sayatan celah berbentuk huruf “V”
kea rah bawah sepanjang 1-1,5 cm.
4. Memotong dan membuat sayatan batang atas berbentuk baji (lancip)
sepanjang 1-1,5 cm
5. Menyisipkan batang atas (entres) ke dalam
celah batang bawah.
6. Membalut sambungan dengan tali rafia atau
plastik mulai dari bawak ke atas.
7.
Mengerudungi
bidang sambungan dengan kantong plastik transparan, dan meletakkan di tempat teduh sekitar 3 minggu(21 hari).
8. Sambungan yang tumbuh akan muncul tunas daun atau tunas baru.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
01. Pengamatan
pada Sambungan
No
|
Kelompok
|
Keterangan
|
1
|
Kelompok 1
|
Gagal
|
2
|
Kelompok 2
|
Gagal
|
3
|
Kelompok 3
|
Gagal
|
4
|
Kelompok 4
|
Gagal
|
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini
ada dua perlakuan yang dilakukan yaitu pada tanaman yang satu menyisahkan dua
atau lebih daun sementara yang satunya tanpa ada daun yang disisakan, dengan
dua perlakuan yang berbeda ini maka dalam pertumbuhannya antara tanaman yang
satu dengan yang lain berbeda yaitu pada tanaman yang di buang daunya tumbuh
daun baru lebih baik dan subur. Hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam
pemanfaatan energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk
pertumbuhan dan proses penyambungan secara kimiawi dan biologis yaitu
pembentukan protein dan karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di antara
sambungan bawah dan atas. Sementara tanaman yang ada daunnya tumbuh sedikit
tidak sehat atau tidak kuat karena terjadi pemborosan energi yang didapat dan
terjadi penguapan karena ada daun, sehingga hal ini menyebabkan tanaman tumbuh
lambat atau masih tidak sehat. Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penyambungan ini adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi
banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis,
oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan. Namun dalam praktikum
kali ini hasilnya masih kurang memuaskan untuk praktikan. Dari hasil
yang diperoleh dalam praktikum acara penyambungan yaitu semua kelompok
mengalami kegagalan dalam melakukan proses penyambungan. Sambungan yang dikira
berhasil karena muncul tunas daun baru ternyata setelah dilakukan pelepasan
pada ikatan sambungan, sambungan pada batang tetap patah, hal ini karena tidak
terjadi penyatuan antara batang atas dan batang bawah. Kegagalan dalam
penyambungan ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya yaitu :
1. Pemilihan scion / batang atas
yang terlalu muda
Pemilihan batang atas yang terlalu muda,
biasanya rentan dengan cuaca kering atau panas. Sehingga saat cuaca panas,
scion mengering.
2. Pada saat mengikat ke dua scion
atas dan bawah
Biasanya ini yang paling sering terjadi,
kebanyakan yang menggunakan plastik. Pada saat mengikat, luka ditutup rapat
tanpa ada sirkulasi udara. Hal ini "menurut" saya sangat riskan
karena "jika" ada jarak untuk ruang hampa diantara sambuang tsb, maka
ada peluang untuk terjadinya embun. Anggap saja batang bawah diameter 3 Cm,
atas 2 Cm . Maka ruang kosong menggunakan V graft adalah sekitar 1 cm. Di area
luka ini rentan dengan terjadinya kebusukan karena air yang terkumpul dari
embun di ruang kosong akan mengenai luka dan menyebabkan terjadinya jamur dan
busuk. (Beda dgn flat grafting, kalau flat grafting justru harus rapat , tapi
tetap tanpa ruang udara kosong).
3. Alat yang digunakan tidak steril
Alat-alat yang digunakan juga menjadi salah
satu faktor. Ketidak sterilan alat untuk memotong batang atas maupun bawah
dapat menjadi penyebab kegagalan dalam penyambungan.
4. Plastik yang digunakan untuk
mengurangi kelembapan
Penjelasannya hampir sama dengan no. 2,
namun kalau yang ini biasanya ikatan plastik penutup di ikat tepat di area luka
grafting, sehingga uap/ embun turun mengenai luka. Sehingga dapat menyebabkan
pada titik penyambungan terjadi jamuran dan menyebabkan kebusukan.
5. Kurang mengikat
Ini juga penyebab biasa terjadi kegagalan.
Pada saat menyisipkan batang atas dengan batang bawah, kurang rapat atau kurang
kuat menempel. Intinya adalah kalau grafting ingin berhasil, luka jangan sampai
terkena air, pemilihan batang yang tepat, penempatan yang tepat.
Selain hal di atas ada
beberapa penyebab kegagalan dalam penyambungan lainnya yaitu : Terlalu lama
proses penyambungan, sehingga kambium telah mengering. Kelembapan yang
berlebihan atau terkena air langsung saat proses penyambungan. Alat pemotong atau pisau cater tidak bersih (steril) atau alat pemotong
atau pisau cater tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut yang
menyebabkan kambium sulit bersatu (menempel). Pengikatan sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan metabolisme
tanaman tercekik. Sambungan
terkena guncangan, patah ; sehingga menyebabkan perekatan kambium terputus. Yang
terakhir adalah faktor alam, misalnya terjadinya hujan yang berlebihan yang
menyebabkan keadaan terlalu lembab dan kekeringan yang terlalu panjang
menyebabkan batang sambungan mengering.
Apabila sambungan tidak
mengalami kegagalan maka proses terbentuknya sambungan diawali
dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu
menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka
dilakukan oleh sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak
terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan
digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim.
Sel-sel
parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung,
saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi
membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah
yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru
sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya
dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel
atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling
menjalin secara sempurna. Jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan
irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak
terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. Dalam melakukan
grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang
bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan
dengan bagian atas batang bawah. Untuk okulasi (budding), mata tunas harus
menghadap ke atas. Jika posisi ini terbalik, sambungan tidak akan berhasil baik
karena fungsi xylem sebagai pengantar hara dari tanah meupun floem sebagai
pengantar asimilat dari daun akan terbalik arahnya.
Hal lain
yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas
adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman
baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas
tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili,
tergantung jenis tanaman masing-masing. Selain hal tersebut ada yang harus
diperhatikan adalah fungsi dari penutup sambungan yaitu untuk mengurangi transpirasi, menjaga suhu agar bisa
menunjang pembentukan jaringan pada sambungan. Pengikatan pada sambungan juga harus diperhatikan, hal ini beguna
untuk menghindari masuknya air ke
sambungan sehingga sambungan tidak mengalami pembusukan. Pengikatan sambungan
menggunakan plastic dilakukan dari bawah ke atas dengan melingkarkan pada
batang yang akan dilakukan penyambungan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum
kali ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Penyambungan
(grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua atau lebih sifat
unggul dalam satu tanaman.
2. Hasil praktikum kali ini
mengalami kegagalan dikarenakan berbagai penyebab antara lain : pemilihan
batang yang terlalu muda atau terlalu tua, pengikatan pada sambungan yang
terlalu keras, terlalu kering atau terlalu lembab, pengikatan penutup terlalu
kencang sehingga terjadi banyak pengembunan di dalamnya yang jatuh pada
sambungan yang dapat menyebabkan kebusukan.
3. Proses terjadinya sambungan
yaitu sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan
nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan
terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel
meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan
nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus
yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim. Serta translokasi makanan dapat berjalan
kembali.
4.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
penyambungan adalah pemiilihan batang bawah dan atas harus tepat yang memiliki
ukuran yang diusahakan sama, batang yang dipotong tidak terlalu tua dan tidak
terlalu tua, pemotongan batang
menggunakan pisau yang tajam dan steril, pembuangan daun untuk mengurangi
penguapan, pengikatan sambungan supaya tidak terlalu kencang, pengikatan
penutup seharusnya tidak terlalu kencang, kelembapan harus dijaga agar proses
pembentukkan sambungan normal.
5.2 Saran
Dalam melakukan sambungan seharusnya
dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan berbagai faktor penyebab
terjadinya kegagalan dalam proses melakukan sambungan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK.1988.Budidaya
Tanaman Kopi.Yogyakarta : Kanisius.
Adinugraha, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk Dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai
Jenis Eucalyptus Pellita F. Muell Di Persemaian. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan. 1(1).
Firman, C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Naungan Terhadap
Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.).
Jurnal Teknik Pertnaian 14(1).
Harjadi, Sri
Setyati.1991.Pengantar Agronomi.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Jumin, Hasan
Basri.2008.Dasar-Dasar Agronomi.Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Sukaryorini, Pancadewi dan Moch Arifin.2007.”Kajian
Pembentukan Caudex Adenium Obesum Pada Diversifikasi Media Tanam”.Jurnal Pertanian Mapeta.10(1):31-41.
Wudianto,
Rini.2002.Membuat Setek. Cangkok, Dan
Okulasi.Jakarta: Penebar Swadaya.
1 komentar:
kok gagal semua????
Posting Komentar