BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Untuk memberikan
definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk
lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan
fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian para ahli biokimia
bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti
lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat kimia
yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau
lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang
sering juga disebut “pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam-asam lemak
atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Kesepakatan ini telah disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan
Terapan (International Congress of Pure
and Applied Chemistry) (Poedjiadi, A. 1994)
Istilah lipida
menunjuk ke zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan
pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil eter, atau kloroform.
Protein, karbohidrat, dan asam nukleat pada dasarnya tidak larut dalam
pelarut-pelarut non polar ini. Kesimpulan bahwa lipida larut dalam lemak
barangkali merupakan satu-satunya penyamarataan tentang lipida yang dapat
ditarik, karena mereka menunjukkan keanekaragaman baik fungsional maupun
struktural dalam batas-batas yang besar. Fungsi lipida adalah:
1. Penyimpan
energi dan transport
2. Struktur
membran
3. Kulit
pelindung, komponen dinding sel
4. Penyampai
kimia.
Lipida permukaan
tumbuhan adalah vital bagi tumbuhan hijau yang tumbuh dalam lingkungan kering
dimana air harus disimpan. Suatu lapis malam dan material hidrokarbon pada
permukaan tumbuhan membantu menjaga terhadap penguapan air. Hal ini teristimewa
penting pada tumbuhan tropik. Misalnya daun bakau mengandung hidrokarbon
alifatik yang ada hubungannya dengan malam parafin, selain asam lemak-ester
alkohol lemak. Dalam hal ini lipida bertugas dalam peranan yang bersifat
melindungi (R. Soendoro, 1989).
Lipida mempunyai
beberapa fungsi diantaranya ialah sebagai: 1) komponen struktural membran, 2)
bahan bakar, 3) lapisan pelindung dan 4) vitamin dan hormon. Pada umumnya klasifikasi
lipida didasarkan atas kerangka dasarnya menjadi lipida kompleks dan lipida
sederhana. Golongan pertama dapat dihidrolisis sedangkan golongan kedua,
tidak dapat dihidrolisis ( S. Martoharsono, 1998).
Jenis
lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang penting. Kemampuan lipid
jenis ini untuk saling bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain
menyebabkannya dapat membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai
organisme yang kompleks. Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel yang
lain di dalam jaringan, serta memisahkan berbagai organel di dalam sel menjadi
ruangan-ruangan yang memiliki ciri kimia tertentu sehingga dapat ditata dan
diatur sendiri (Gilvery &
Goldstein, 1996).
Lemak merupakan komponen utama dari membrane
sistem kehidupan, Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membrane
memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut
fosfolipid.Salah satu jenis memiliki gliserol sebagai senyawa induk
(fosfogliserida) dan yang lain memiliki sfingosin (sfingolipid). Dua komponen
lemak lain yang penting dari membrane adalah glikolipid yang mengandung
karbohidrat dan steroid kolesterol, yang disebut terakhir ini merupakan suatu
lemak non-saponifikasi yang berasal dari eukariotik yang ditemukan dalam
membrane seluler hewan (Armstrong,
1995).
Berbagai jenis
asam lemak tumbuhan yang penting umumnya diperoleh dari biji-bijian antara lain
dari biji kapas, jagung, kacang dan kedelai. Asam lemak tidak jenuh yang
terbanyak di alam ialah asam oleat dan asam linoleat. Asam lemak jenuh
terbanyak adalah asam palmitat, asam stearat dan asam laurat. Asam lemak jenuh
dengan jumlah atom karbon rendah adalah asam propionat dan asam butyrat. Jenis
asam lemak lainnya yang tidak penting pada lipid membran tumbuhan dapat
ditemukan pada biji-bijian seperti misalnya asam risinoleat pada biji jarak (Salisbury
dan Ross, 1995).
Hampir semua
bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak, terutama bahan pangan yang
berasal dari hewan. Lemak dalam
jaringan hewan terdapat dalam jaringan adiposa. Dalam
tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam
lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi. Proses pembentukan
lemak dalam tanaman dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
· pembentukan
gliserol
· pembentukan
molekul asam lemak
· kondensasi
asam lemak dengan gliserol membentuk lemak
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum
analisis kandungan total lipid adalah:
1. Untuk
memisahkan atau bagian lipid dari komplek protein, karbohidrat dan minor
komponen seperti amino acid dan mineral.
2. Untuk
menjaga lipid agar tidak rusak selama dalam proses isolasi dan sebelum
analisis.
3. Mengetahui kandungan lipid pada beberapa sampel dengan
metode Bligh-Dyer.
BAB 2. BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Tabung
reaksi
2. Mortar pestle
3. Pasteur
pipette
4. Rak
tabung reaksi
5. Vortex
6.
Sentrifuse
7. Alumunium
foil
2.1.2 Bahan
1. Daun Kopi
2. Chloroform
3. Methanol
4. Air
2.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Menimbang
alumunium foil (2 kali ulangan).
3. Mengekstrak
1 gram sampel yaitu daun kopi.
4. Menambahkan
2 ml chloroform/methanol (1/2), kemudian memvortexnya.
5. Menambahkan
1, 25 ml cloroform dan memvorteksnya lagi.
6. Menambahkan
1, 25 ml aquadest
7. Memasukkan
ke dalam sentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit.
BAB 3. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel
1. Pengamatan Uji Lipida
Sampel
|
Wo
|
W1
|
W2
|
F
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
B. Kopi
|
B. Kopi
|
0,45
|
0,38
|
0,63
|
0,53
|
1,00
|
1,00
|
18,00 %
|
15,00 %
|
D. Kopi
|
D. Kopi
|
0,99
|
0,69
|
1,20
|
0,89
|
1,00
|
1,00
|
21,00 %
|
20,00 %
|
B. Kakao
|
B. Kakao
|
0,63
|
0,65
|
0,89
|
0,89
|
1,00
|
1,00
|
26,00 %
|
24,00%
|
D. Kakao
|
D. Kakao
|
0,61
|
0,89
|
0,86
|
1,11
|
1,00
|
1,00
|
25,00 %
|
22,00 %
|
Perhitungan :
Rumus : F = (W1-Wo) X 100%
W2
Biji Kopi :
U1 : (0,63-0,45)
X 100% = 18,00 %
1,00
U2 : (0,53-0,38) X 100% = 15,00 %
1,00
Daun Kopi : U1 : (1,20-0,99)
X 100% = 21,00 %
1,00
U2 : (0,89-0,69)
X 100% = 20,00 %
1,00
Biji Kakao :
U1 : (0,89-0,63)
X 100% = 26,00 %
1,00
U2 : (0,89-0,65)
X 100% = 24,00%
1,00
Daun Kakao : U1 : (0,86-0,61)
X 100% = 25,00 %
1,00
U2 : (1,11-0,89)
X 100% = 22,00 %
1,00
Dari
hasil pengamatan mengenai analisa kandungan lipid pada setiap sampel yang kami
peroleh, didapat hasil kandungan
lipid pada sampel biji kopi U1 yaitu sebesar 18.00%, kandungan lipid pada sampel U2 sebesar 15.00%.
Pada sampel daun kopi U1 kandungan lipid sebesar 21.00%, U2 kandungan lipid sebesar 20.00%. Pada sampel biji kakao
U1 kandungan lipid sebesar 26% dan U2 kandungan lipid sebesar 24.00%. Pada
sampel daun kakao memiliki kandungan lipid pada U1 sebesar 25.00%, dan untuk sampel
U2 kandungan lipid sebesar 22.00%.
Untuk
huruf Wo merupakan berat awal aluminium voil antara lain sebagai berikut :
Wo biji kopi U1
= 0,45 gr
Wo biji kopi U2
= 0,38 gr
Wo daun kopi U1 = 0,99 gr
Wo daun kopi U2 = 0,69 gr
Wo biji kakao U1 = 0,63 gr
Wo biji kakao U2 = 0,65 gr
Wo daun kakao U1 = 0,61 gr
Wo daun kakao U2 = 0,89 gr
Kemudian untuk huruf
W2 merupakan berat aluminium voil + berat sampel antara lain :
W1biji kopi U1 = 0,63 gr
W1biji kopi U2
= 0,53 gr
W1 daun kopi U1 = 1,20 gr
W1 daun kopi U2 = 0,89 gr
W1 biji kakao U1 = 0,89 gr
W1 biji kakao U2 = 0,89 gr
W1 daun kakao U1 = 0,86 gr
W1 daun kakao U2 = 1,11 gr
Dan untuk
W3 merupakan berat Aluminium voil + sampel yang telah diopen pada suhu 90o
C selama 10 menit. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
W2biji kopi U1
= 1,00 gr
W2biji kopi U2
= 1,00 gr
W2 daun kopi U1 = 1,00 gr
W2 daun kopi U2 = 1,00 gr
W2 biji kakao U1 = 1,00 gr
W2 biji kakao U2 = 1,00 gr
W2 daun kakao U1 = 1,00 gr
W2 daun kakao U2 = 1,00 gr
Sedangkan untuk huruf F
adalah kandungan lipid pada sampel. Yang dihasilkan data sebagai berikut :
F biji kopi U1
= 18,00 %
F biji kopi U2
= 15,00 %
F daun kopi U1 = 21,00 %
F daun kopi U2 = 20,00 %
F biji kakao U1 = 26,00 %
F biji kakao U2 = 24,00 %
F daun kakao U1 = 25,00 %
F daun kakao U2 = 22,00 %
3.2 Pembahasan
Metode
yang digunakan pada praktikum analisa kadar lipid biji dan daun tanaman kopi
dan kakao adalah metode Bligh-Dyer. Prinsip kerja metode ini didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan antara lipid dengan senyawa lain yang ada pada
jaringan tanaman. Isolasi berbagai golongan lipid sangat mengandalkan perbedaan
kelarutannya (Robinson, 1991). Lipid merupakan senyawa nonpolar yang hanya
dapat larut dalam cairan yang bersifat nonpolar, sedangkan senyawa lain yang
ada pada tanaman bersifat polar sehingga hanya dapat terlarut dalam cairan yang
bersifat polar. Berdasarkan fenomena tersebut dibuatlah sebuah metode isolasi
lipid dengan cara melarutkan jaringan tanaman dalam larutan campuran metanol
dan chloroform. Lipid keseluruhan dapat diekstraksi dari jaringan dengan
campuran metanol-chloroform (Bligh dan Dyer, 1959). Metanol berperan sebagai
larutan polar yang dapat melarutkan senyawa lain selain lipid pada jaringan
tanaman, sedangkan chloroform menjadi larutan nonpolar yang hanya dapat
melarutkan lipid. Dari hasil reaksi tersebut akan terbentuk dua lapisan yakni
lapisan metanol (metanol layer) yang mengandung semua senyawa selain lipid pada
jaringan tanaman dan lapisan chloroform (chloroform layer) yang mengandung
senyawa lipid keseluruhan yang ada pada jaringan tanaman.
Lipid atau lemak yang dikenal masyarakat kebanyakan
adalah minyak dan mentega. Dalam percobaan kali ini, praktikan menguji
kandungan total lipid menggunakan metode Bligh-Dyer dengan menambahkan campuran
kloroform dan metanol sehingga didapat lipid dari masing-masing sampel yang
bisa dipisahkan menjadi dua lapisan. Lapisan kloroform merupakan lapisan lipid
karena kloroform ini bisa melarutkan lipid sedangkan metanol merupakan lapisan
yang bukan mengandung lipid. Jadi lapisan yang mengandung lipid dapat terlarut
pada pelarut dari kloroform. Dari sampel biji
kopi, daun kopi, biji kakao, dan daun kakao masing-masing sampel memiliki kandungan
lipid yang berbeda dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa, setelah sampel
dihomogenisasi dan diopen pada suhu 90o
C selama 10 menit dan diamkan terdapat supernatan dan lipid berupa endapan. Dalam pengopenan pada sampel daun kopi terjadi
kebocoran pada aluminium voil yang digunakan untuk menampung sampel daun kopi
yang ulangan pertama, sehingga larutan sampel tersebut meresap hilang yang
mengakibatkan supernatan setelah diopen dan ditimbang menjadi sangat sedikit. Diperoleh untuk kandungan
lipid dari sampel biji kopi U1 yaitu
0,18 gr , biji kopi yaitu U2 0,15 gr, daun kopi U1 yaitu 0,21 gr , daun kopi U2
yaitu 0,20 gr , biji kakao U1 yaitu 0,26 gr , biji kakao U2 yaitu 0,24 gr dan
untuk daun kakao U1 yaitu 0,25 gr , daun kakao U2 yaitu 0,89 gr.
Untuk biji kopi U1 setelah dicampur chloroform dan air
terbentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna kuning bening dan lapisan bawah
berwarna kuning dengan kandungan lipid 18,00 % dan untuk U2 yaitu sebesar 15,00
%. Untuk sampel daun kopi U1 pada
lapisan atas berwarna kuning keruh dan lapisan bawah berwarna kuning pekat
dengan kandungan lipid 21,00 % dan pada U2 yaitu sebesar 20,00 %. Untuk sampel
biji kakao U1 lapisannya berwarna kuning dengan kandungan lipid 26,00 % dan
U2 yaitu sebesar 24,00 %. Sedangkan
untuk daun kakao U1 lapisan atasnya berwarna kuning pekat dan lapisan bawahnya
berwarna kuning beninng dengan kandungan lipid 25,00 % dan untuk sampel U2
yaitu sebesar 22,00 %.
Dari hasil tersebut bahwa kandungan lipid pada biji kakao memiliki
presentase terbesar diantara ke empat sampel yang diujikan yaitu pada sampel U1
sebesar 26.00 % dan pada U2 sebesar 24.00 % serta rata-rata dari kedua ulangan
terssebut adalah sebesar 25.00 %. Sedangkan kandungan lipid terendah terdapat
pada sampel biji kopi yang ulangan pertama yaitu sebesar 18.00 % dan pada
ulangan kedua sebesar 15.00 % serta rata-rata dari kedua ulangan sampel
tersebut adalah 16,50 %.
Seperti
yang telah dijabarkan sebelumnya, dalam percobaan ditemukan bahwa dalam
jaringan tanaman kopi dan kakao, khususnya pada bagian daun dan bagian biji,
terkandung senyawa lipid. Hal tersebut membuktikan bahwa lipid merupakan salah
satu senyawa yang terkandung dalam jaringan tanaman utamanya pada bagian daun
dan bagian biji. Keberadaan lipid pada jaringan tanaman tidak lepas dari adanya
ketergantungan tanaman yang sangat tinggi terhadap keberadaan senyawa lipid
bagi kehidupannya. Lipid memiliki beberapa peran penting yang sangat vital bagi
kehidupan tanaman. Tanpa keberadaan lipid struktur sel tanaman tidak akan
terbentuk secara sempurna. Lipid merupakan salah satu senyawa yang menjadi
komponen struktural membran sel (Dwidjoseputro, 1991). Selain itu tanpa
keberadaan lipid tanaman tidak akan mampu tumbuh, berkembang, dan melakukan
kegiatan fisiologi lainnya secara normal karena lipid juga merupakan salah satu
sumber energi selain karbohidrat yang dibutuhkan tanaman untuk kegiatan
fisiologisnya, bahkan lipid mampu menghasilkan energi jauh lebih banyak
dibanding karbohidrat. Lipid menjadi sumber energi cadangan jika tanaman
kekurangan karbohidrat (Salisbury dan Ross, 1992). Mengingat peran penting
tersebut, maka tak heran dalam jaringan tanaman ditemukan keberadaan lipid
dalam jumlah yang cukup besar.
Keberadaan lipid pada tumbuhan
terbentuk dalam jenis yang beragam. Lipid terbagi menjadi dua jenis didasarkan
pada kerangka dasarnya yakni lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid
sederhana dicirikan dengan kemampuannya untuk dihidrolisis oleh air. Contoh
dari lipid jenis ini adalah steroid dan terpena. Sedangkan lipid kompleks
dicirikan dengan ketidakmampuannya untuk dihidrolisis oleh air. Contoh dari
lipid jenis ini adalah triasil gliserol, fosfolipid, sfingolipid, dan lilin.
Masing-masing jenis memiliki perannya masing-masing pada tanaman dan berbeda
satu sama lain. Secara umum lipid memiliki fungsi sebagai komponen struktural
membran, bahan bakar, lapisan pelindung, dan vitamin serta hormon
(Martoharsono, 1991).
Kandungan
lipid yang lebih tinggi pada biji dibandingkan pada daun tanaman kakao erat
kaitannya dengan peranan yang dimiliki biji sebagai calon individu tanaman
baru. Sebagai calon individu tanaman baru, biji memerlukan senyawa-senyawa
penting seperti karbohidrat, protein, dan lipid dalam jumlah yang memadai guna
mendukung kegiatan fisiologisnya kelak ketika akan berkecambah / berkembang
menjadi individu baru. Pada awal masa pertumbuhan biji, ketika akar dan daun
belum tumbuh, satu-satunya sumber energi yang didapat oleh biji berasal dari
cadangan makanan yang ada dalam endospermnya. Cadangan makanan ini dapat
terbentuk sebagai karbohidrat atau lipid. Lipid merupakan salah satu sumber
energi bagi tanaman yang mampu menghasilkan energi terbesar dibandingkan dengan
senyawa lainnya seperti karbohidrat (Salisbury dan Ross, 1992). Karena itu,
tanaman mengkonsentrasikan lipid ke dalam biji dibanding pada bagian tanaman
lainnya termasuk daun. Salah satu jenis lipid yang banyak terkonsentrasi di
biji adalah jenis fosfolipid. Kandungan fosfolipid pada biji tumbuhan bisa
mencapai 2 % berat keringnya (Robinson, 1991).
Lipid
yang terkandung dalam biji tanaman kopi terbentuk dalam beberapa jenis yakni
triacylglycerols, sterols dan tocopherols. Masing-masing jenis terkandung dalam
biji kopi dengan persentase yang berbeda-beda. Triacylglycerols merupakan jenis
dengan persentase terbesar yakni sebesar 75,2 % dari keseluruhan kandungan
lipid. Sedangkan sterol dan tocopherols terkandung dalam biji kopi dengan
persentase sebesar 2,2 % dan 0,05 % dari keseluruhan kandungan lipid biji kopi (Maier,
1981). Kadar lipid yang terkandung pada biji tanaman kopi berbeda antara satu
spesies dengan spesies lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan
kandungan lipid biji dari dua jenis tanaman kopi utama yakni robusta dan
arabika. Kadar lipid pada biji kopi arabica memiliki persentase yang lebih
tinggi dibanding pada kopi robusta. Pada biji kopi jenis robusta (Coffea canephora var. Robusta)
terkandung lipid dengan persentase 10 %, sedangkan pada biji kopi jenis arabika
(Coffea arabica) terkandung lipid
dengan persentase sebesar 15 % (Speer
dan Kolling-Speer, 2006).
Dalam pengujian kadar lipid pada sampel terdapat reaksi
yang terjadi antara chloroform dan metanol yaitu sebagai berikut :
CHCl3 + CH3OH CH3CCl3 +
H2O
Kloroform,
juga dikenal sebagai trichloromethane, adalah
cairan
yang telah digunakan di masa lalu sebagai ekstraksi pelarut
untuk
lemak, minyak,
gemuk, dan produk lainnya, seperti remover tempat dry
cleaning, dalam alat pemadam
kebakaran; sebagai fumigan,
dan sebagai anestesi (EPA). Ini
juga digunakan dalam pembuatan fluoro carbons untuk pendingin,
propelan, dan plastik. Saat ini, mayoritas kloroform digunakan
untuk
mensintesis bahan kimia lainnya.
Kloroform termasuk zat karsinogenik.
Dalam
diskripsi kimia kloroform adalah
cairan
tak berwarna yang mudah menguap yang
tidak terlalu
larut dalam
air (EPA). Namun tidak
terlalu
mudah terbakar.
Kloroform yang ditemukan pada tahun 1831 dan merupakan banyak digunakan anestesi,
pertama kali digunakan oleh
JamesYoung Simpson, seorang profesor kebidanan di
Universitas Edinburgh dan
dokter
untuk Ratu
Victoria. Dia menggunakannya pertama pada dirinya pada tanggal 4 November 1847, tetapi
segera menjadi jelas bahwa ada efek
samping yang sangat serius
yang berhubungan dengan penggunaannya,
dan menyebabkan kematian dalam
beberapa
kasus.
Dari tahun
1864,
banyak penelitian dilakukan dalam upaya untuk menentukan apakah kloroform mempengaruhi sistem pernapasan
atau
sistem sirkulasi.
Metanol juga dikenal sebagai metil
alkohol, alkohol kayu, nafta kayu atau
roh kayu, adalah bahan kimia dengan rumus CH3OH (sering disingkat
MeOH). Ini adalah alkohol yang paling sederhana, dan merupakan, cahaya yang
mudah menguap, tidak berwarna, cairan yang mudah terbakar dengan bau khas yang
sangat mirip dengan ethanol, tapi sedikit lebih manis dari etanol (alkohol
minum). Pada suhu kamar methanol adalah cairan kutub, dan digunakan sebagai
antifreeze, pelarut, bahan bakar, dan sebagai denaturant untuk etanol. Hal ini
juga digunakan untuk memproduksi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi.
Metanol diproduksi secara alami oleh
metabolisme anaerobik oleh bakteri, dan di lingkungan apapun. Akibatnya, ada
sebagian kecil dari uap metanol di atmosfer. Selama beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida
dan air. Metanol terbakar di udara, membentuk karbon dioksida dan air:
2CH3OH + 3O2 →
2CO2 + 4H2O
Karena sifat beracun, metanol sering digunakan sebagai
bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri, penambahan
metanol ini membebaskan etanol industri dari pajak cukai minuman keras. Metanol
kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk
terutama sebagai produk sampingan dari distilasi kayu.
BAB 4. PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah
dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Lipid
dikenal sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan
lilin. Lipid mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena. Oleh sebab itu,
lipid ini hanya bisa larut pada larutan yang mempunyai sifat nonpolar saja.
2.
Prinsip dari metode Bligh-Dyer adalah menambahkan
campuran kloroform dan metanol sehingga didapat lipid dari masing-masing sampel
yang bisa dipisahkan menjadi dua lapisan. Lapisan kloroform merupakan lapisan
lipid karena kloroform ini bisa melarutkan lipid sedangkan metanol merupakan
lapisan yang bukan mengandung lipid.
3.
Kandungan
lipid tertinggi terdapat pada biji kakao pada sampel ulangan ke-1 dengan nilai
sebesar 26,00 % dan untuk kandungan lipid terendah terdapat pada sampel biji kopi
ulangan 2 yaitu sebesar 15,00 %.
4.
Reaksi
yang terjadi antara methanol dan kloroform akan membentuk trimetil etana dan
air.
5. Lipid
yang terkandung dalam biji tanaman terbentuk dalam beberapa jenis yakni
triacylglycerols, sterols dan tocopherols dengan kadar yang berbeda-beda.
6. Metode
yang digunakan untuk menganalisa kadar lipid biji dan daun tanaman kopi dan
kakao pada praktikum kali ini adalah metode bligh-dyer.
7. Prinsip
kerja metode bligh-dyer didasarkan pada adanya perbedaan kelarutan antara lipid
dengan senyawa lain yang ada pada jaringan tanaman.
8. Daun
dan biji tanaman kopi dan kakao sama-sama mengandung senyawa lipid tetapi dalam
jumlah yang berbeda.
4.2 Saran
Dalam melakukan praktikum praktikan diharapkan teliti dalam
proses sehingga hasil yang didapat sesuai dan pasti. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan
harus memahami alat kerja yang digunakan dan cara kerjanya dalam proses sehingga saat praktikum lebih mudah dan cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong, Frank
B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi
ketiga. Jakarta: EGC.
Bligh,
E. G. Dan Dyer, W. J. 1959. A Rapid Method for Total Lipid Extraction and
Purification. Can. J. Biochem. Physiol.
37: 911-917.
Dwidjoseputro,
D. 1991. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional.
Edisi 3.Surabaya: Airlangga University Press.
Martoharsono, Soeharsono.
1991. Biokimia: Jilid 1. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Martoharsono, S. 1998. Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Robinson, Trevor. 1991. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
Salisbury,
F.B dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Edisi Keempat. Bandung: Penerbit ITB.
Soendoro, R. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta : Erlangga
Speer, Karl dan Isabelle Kölling-Speer. 2006. The
Lipid Fraction of The Coffee Bean. J.
Plant Physiol. 18(1): 201-216.
LAMPIRAN
Gambar 01. Analisa kandungan Lipid pada biji kopi (Ulangan
1)
Gambar 01 Analisa kandungan
Lipid pada biji kopi (Ulangan 2)